Analisa Fundamental Saham SIDO: Bisnis Jamu dan Farmasi di Indonesia

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com. Kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham SIDO (PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.), sebuah perusahaan jamu dan farmasi raksasa Indonesia.

Siapa di Indonesia yang tidak tahu “Tolak Angin”? Produk jamu herbal kemasan yang sering kita minum saat masuk angin atau lagi kecapaian. Nah, SIDO adalah perusahaan dibalik produk jamu herbal ini.

Gambar 1. Tolak Angin – produk jamu herbal untuk masuk angin nomor satu di Indonesia. (Sumber)

Saya akan membahas analisa SIDO nanti di bawah ini menggunakan metode analisa value investing saya sendiri, yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest). Dimana saya gunakan metode valuasi standar seperti PER dan PBV dan juga Discounted Cash Flow (DCF).

Perlu saya sampaikan sebelumnya, SIDO merupakan bagian dari portofolio saya yang sudah saya miliki dari awal bulan November 2020, tidak lama setelah saya membuat membuat analisa ini.

Sebelum saya lanjutkan ke analisa saya, perlu saya jelaskan bahwa analisa saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila kalian belum pernah baca disclaimer blog ini, silahkan klik di sini.

Lalu, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5.

Analisa saham SIDO

Sido Muncul (SIDO) adalah perusahaan public yang bergerak di bidang produsen produk jamu herbal dan farmasi. Secara industri, perusahaan ini masuk ke pharmacy, dan pertama kali berdiri di tahun 1951. Tetapi produk jamu masuk angin, yang sekarang bernama Tolak Angin, ini sendiri sudah diracik dari tahun 1930!

Saat ini merek Tolak Angin ini sendiri menguasai 72% pangsa pasar jamu herbal untuk masuk angin di Indonesia! SIDO mememiliki 122 sub-distributor, 70 ribu pedagang grosir dan ritel, dan juga 2 juta titik penjualan di seluruh Indonesia. Produk-produk SIDO juga sudah “go international”, terutama ke Filipina, Malaysia, Nigeria, dan tahun 2020 ini sudah diekspor ke Arab Saudi.

Selain itu, di tahun 2014, SIDO mengakuisisi PT Berlico Mulia Farma, sebuah perusahaan farmasi yang memproduksi suplemen, obat-obatan, dan produk-produk kesehatan lainnya. Dari sejak diakuisisi, penjualan Berlico rata-rata tumbuh 39% per tahunnya.

Nah, sekarang mari kita bahas hasil dari tahap Research untuk SIDO di bawah ini.

Research – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan laporan tahunan SIDO dari 2011 – 2020 (Kuartal III). Berikut performa bisnis mereka selama hampir 10 tahun ke belakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 5.2% per tahun.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: 14.25% per tahun!
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 20.6% per tahun!
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif dengan rata-rata IDR 214M per tahun! Total FCF selama kurang lebih 10 tahun terakhir di IDR 1.9T.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata SIDO sangat buruk, di -1.16. Tetapi ini dikarenakan di tahun 2012 – 2013,  sebelum IPO, pendapatan kas dari aktifitas operasi mereka menurun dan beban produksi mereka menaik. Kalau rasio ini hanya dihitung setelah mereka IPO, angka rata-ratanya bagus dan efisien di 0.39.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: stabil dengan rata-rata di 0.55 per tahun.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 25.23% per tahun!
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 0.27 per tahun! Sangat sehat.
  9. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 21.25x. Tetapi saat saya melakukan Research ini di bulan November 2020, PER SIDO ada di 29.14x. Lebih mahal dari PER historisnya. Lalu saat itu saya lihat PER rata-rata industrinya di 41x, berarti PER SIDO saat itu lebih murah 39% dari rata-rata industrinya. Tidak ada yang spesial dari angka ini.
  10. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 4.3x. Waktu itu PBV SIDO ada di 7.53x. Lalu, PBV rata-rata industri  saat itu di kisaran 4.56x, berarti harga PBV SIDO saat itu lebih mahal 39% dari rata-rata industrinya.

Invest di SIDO? – Valuasi PER dan PBV

Menurut saya, meski performa bisnis SIDO amat sangat bagus, tapi dari sisi harga saham kalau kita lakukan valuasi PER dan PBV saja, ini bukan emiten yang sedang “salah harga”. Saya menggali lebih dalam lagi, untuk melihat apakah ada “harta karun tersembunyi” di saham ini, tetapi tidak banyak yang spesial juga.

  1. Revenue (pendapatan) mereka tidak lebih besar dari kapitalisasi pasar / aset total.
  2. Total Asset mereka tidak lebih besar dari kapitalisasi pasarnya, juga.
  3. Price earnings growth ratio (PEG, harga saham dibanding peningkatan laba dari tahun sebelumnya, kalau < 1, bisa jadi sedang “salah harga”) emiten ini 5x. Artinya harga sahamnya 5x lebih mahal dari peningkatan labanya. Ini sih mahal.

Saya juga temukan kalau dividend yield rata-rata SIDO adalah 7.3%! Pantas saja dihargai premium oleh pasar. Performa saham bagus, tumbuh terus, mereka produk nomor satu, dan gak pelit bagi-bagi dividen lagi…tidak heran.

Tapi kalau memang harganya mahal, kenapa saya beli? Mari kita bahas di bawah ini.

Research – Valuasi DCF

Seperti yang pernah saya bahas di post yang ini. Discounted Cash Flow, atau DCF, intinya adalah metode valuasi dimana kita menggunakan performa angka FCF perusahaan beberapa tahun ke belakang untuk kita proyeksikan performa FCFnya beberapa tahun kemudian sampai selamanya. Lalu angka FCF selamanya ini kita tarik ke masa sekarang dan tentukan nilai sekarangnya.

Saya ulang lagi, metode DCF ini, bagi saya, baiknya dipakai untuk perusahaan yang:

  1. Kinerja bisnisnya bagus dan harus stabil.
  2. Angka total penjumlahan (kumulatif) FCF yang kita ambil harus positif. Kalau ada 1 atau 2 tahun yang ublice tidak apa-apa, tetapi secara kumulatif harus positif.
  3. Sudah memiliki laba (profit), jadi tidak cocok dipakai untuk perusahaan yang masih merugi.
  4. Lebih baik untuk perusahaan-perusahaan besar yang sudah 8 tahun lebih menjadi perusahaan ublic.
  5. Divaluasi “mahal” oleh pasar sehingga PER dan PBV amat tinggi.

Karena SIDO masuk ke semua kriteria di atas, jadilah saya lakukan analisa DCF untuk saham ini.

Hasil valuasi DCF SIDO saya

Gambar 2. Hasil valuasi DCF untuk SIDO

Beberapa catatan:

  1. Saya menggunakan nilai performa bisnis aktual (yang sudah terjadi) untuk tahun 2016 – 2019 dan nilai ekspektasi performa bisnis untuk tahun 2020 – 2023. Kenapa saya stop di 2023? Karena semakin jauh kita coba prediksi, semakin banyak asumsi yang kita pakai dan bisa jadi semakin tidak akurat prediksi kita.
  2. Untuk discount factor (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai FCF yang kita ekspektasikan/prediksikan untuk masa depan kalau nilai itu kita tarik ke hari ini), saya pakai 7.5%. Ada banyak cara untuk ketemu angka discount rate/factor ini, saya tidak mau pusing, saya pakai angka Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun dan saya lebihkan 0.5%. Kenapa? Karena kalau saya mau hasil investasi saya sama dengan SBN, ya, mending saya beli SBN saja, lebih aman. Simple.
  3. Untuk perpetual growth (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai pertumbuhan FCF perusahaan selama-lamanya), saya pakai 3%. Saya pakai angka ini karena angka rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia 10 tahun terakhir adalah 5.7%. Saya rasa 3% angka yang cukup konservatif.

Intinya, dengan amat sangat saya permudah (oversimplify), adalah nilai kumulatif FCF milik SIDO dari akhir 2020 (awal prediksi dimulai) sampai selamanya, kalau kita tarik ke hari ini akan bernilai sebesar IDR 28T. Selamanya itu sampai kapan? Entah. Bisa 10 tahun, 20 tahun, atau bahkan 30 tahun ke depan. Nilai IDR 28T itu, kalau kita bagi dengan jumlah saham SIDO yang beredar saat ini di 30 milyar lembar, akan memberikan kita nilai intrinsik per lembarnya di IDR 1,070.

Saat post ini ditulis di bulan November 2020, nilai per lembar SIDO adalah IDR 830. Berarti ada margin of safety sebesar 28.92%(!) antara nilai intrinsik saham ini dan nilai aktual sahamnya saat ini.

Kesimpulan

Nah, karena ini perusahaan bagus dan, meski PER dan PBVnya tidak murah, ternyata secara DCF perusahaan ini lebih murah sekitar 29% dari nilai intrinsiknya. Plus, dividend yield-nya besar.

Karena hal itu, lah, saya memutuskan untuk menempatkan 6% dari portofolio saya di SIDO di awal bulan November 2020.

Gambar 3. Grafik SIDO dari saya beli di awal bulan November 2020 sampai post ini ditulis

Sebagaimana umumnya investasi di saham, segera setelah saya beli, posisi saya di saham ini turun ke -3.18%…hahaha

Jadi memang ada beberapa perusahaan-perusahaan yang tidak cukup kita nilai/valuasi dengan cara PER ataupun PBV saja. Tapi perusahaan-perusahaan bagus yang selalu divaluasi tinggi oleh pasar, seperti SIDO ini, akan tidak cukup bila menggunakan PER ataupun PBV saja. Di sinilah metode valuasi fundamental seperti DCF bisa dipakai.

Oke, untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai saham SIDO ini. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan hubungi saya di sini atau tinggalkan komentar di bawah.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

2 thoughts on “Analisa Fundamental Saham SIDO: Bisnis Jamu dan Farmasi di Indonesia”

    1. Halo Khoirul, terima kasih sudah berkunjung ke blog Stoxets.com, ya. Maaf baru bisa balas. Saya sudah balas email kamu barusan.
      Tolong ajak teman-teman untuk berkunjung ke blog Stoxets.com ini, ya. Terima kasih.

      Salam investasi,
      ETS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)

Exit mobile version