IRRA: Analisa Fundamental Saham Itama Ranoraya

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com. Kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham IRRA (PT Itama Ranoraya Tbk.), sebuah perusahaan distributor dan produsen alat-alat kedokteran, laboratorium, dan farmasi Indonesia yang baru mendapatkan kontrak puluhan juta jarum suntik untuk vaksinasi Covid-19.

Sama seperti CMRY (Cisarua Mountain Dairy Tbk.), FREN (Smartfren Telecom Tbk.), atau PMMP (Panca Mitra Multiperdana Tbk.), yang baru kita bahas di beberapa posts sebelumnya, saham IRRA juga bukan merupakan bagian dari Seri Saham LQ45 blog ini.

Saya ingin menganalisa fundamental saham IRRA ini kebetulan karena berita yang saya share di atas. Cukup kagum juga saya puluhan juta jarum suntik Indonesia bisa produksi lokal, baru tahu saya.

Karena kalau kita lihat di tautan ini, di tahun 2019 Indonesia ekspor jarum suntik ke negara-negara lain senilai USD 39.4 Juta dan hanya impor senilai USD 18.7 Juta – surplus. Lebih bagus dari Perancis, eksportir dan importir jarum suntik terbesar dunia, yang ekspor USD 563 Juta tapi impor USD 723 Juta.

Gambar salah satu produk jarum suntik IRRA.
Gambar 1. Salah satu produk jarum suntik IRRA (Sumber)

Nah, sebelum kita bahas saham IRRA ini lebih lanjut, saya sebutkan lagi kalau saya menganalisa saham ini menggunakan metode analisa value investing saya sendiri, yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest), dimana saya akan menggunakan metode valuasi standar seperti PER dan PBV; dan juga valuasi Discounted Cash Flow (DCF).

Lalu saya juga mau menyebutkan bahwa analisa saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila belum pernah, silahkan baca disclaimer blog ini di sini.

Terakhir, saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5 dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR; bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Sekarang, mari kita analisa saham IRRA ini!

Analisa saham IRRA

PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) adalah distributor dan produsen alat-alat kedokteran, laboratorium, dan farmasi Indonesia yang berdiri di tahun 1988. Di tahun 2003, PT Dirgantara Yudha Artha (DYA), sebuah perusahaan swasta kontraktor proyek-proyek Pemerintah, memperluas portfolio bisnisnya dengan mendistribusikan jarum suntik ke puskesmas melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu, DYA terus memperluas bisnis alat-alat medisnya.

Tapi di tahun 2017, DYA memindah seluruh portfolio bisnis alat-alat medisnya ke IRRA. Dan di Oktober 2019, IRRA resmi menjadi perusahaan publik.

Secara industri, IRRA masuk ke industri healthcare equipment & providers dan persentase kepemilikan saham IRRA adalah sebagai berikut:

  • 69.75% oleh PT Global Dinamika Kencana, induk dari IRRA dan DYA
  • 5.25% oleh PT Neumedik Jaya, perusahaan farmasi yang berafiliasi dengan IRRA
  • 18.75% oleh masyarakat
  • Dan 6.25% adalah saham treasuri IRRA (saham yang dibeli balik oleh perusahaan)

Bisnis

Di tahun 2020, IRRA membukukan pendapatan sebesar IDR 563 Miliar. Yang secara segmentasi bisnis, IRRA membaginya jadi tiga:

Produk Diagnostic In Vitro

Ini adalah produk-produk alat tes penyakit, kondisi medis, dan infeksi. Kontribusi dari segmen ini adalah IDR 410.8 Miliar, atau 72.9% dari total pendapatan IRRA di tahun 2020.

Dikutip dari Laporan Tahunan IRRA Tahun 2020:

“Melonjaknya pendapatan dari segmen produk Diagnostic in Vitro karena selama tahun 2020 penjualan mesin Optia untuk terapi plasma dan Swab Tes Antigen melonjak. Pesanan dari Pemerintah sendiri meliputi tiga produk berupa 45 pieces mesin Optia untuk terapi plasma konvalens, 111 juta pieces alat suntik ADS dan 600 ribu pieces tes swab antigen.”

Laporan Tahunan IRRA Tahun 2020

Alat Kesehatan Non-Elektromedik Steril

Ini segmen yang menjual produk-produk alat kesehatan yang penggunaannya tidak memerlukan sumber listrik dan produknya steril (contoh: jarum suntik). Kontribusinya di tahun 2020 sebesar IDR 147.77 Miliar, atau 26% dari total pendapatan IRRA.

Lain-lain

Segmen ini menjual produk-produk yang tidak masuk ke dalam kedua kategori di atas (contoh: alat pelindung diri / APD). Di tahun 2020 lalu, segmen ini memberikan kontribusi sebesar IDR 5.3 Miliar, atau 0.94% dari total pendapatan IRRA.

Research – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan laporan tahunan IRRA dari 2017 – Kuartal 3 tahun 2021 (yang saya setahunkan). Berikut performa bisnis mereka selama hampir 4 – 5 tahun kebelakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 376.5%(!) Ini karena lonjakan drastis pendapatan IRRA dari tahun 2016 ke tahun 2017. Tapi angka mediannya tetap tinggi di 100%!
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: 45.8%!
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 10.6%. Cukup bagus.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif di IDR 318.8 Miliar dengan rata-rata IDR 63.7 Miliar per tahun.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata di -0.23x. “FCF kumulatif positif tapi kok owner’s earnings ratio-nya negatif?” Ini karena di tahun 2018 dan 2019 angka uang kas dari aktifitas operasi mereka minus tapi belanja asetnya besar. Kalau angka mediannya sendiri hanya 0.08x.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: stabil di kisaran 0.82x.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 32% per tahun! Angka yang sangat bagus.
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 1x per tahun. Termasuk tinggi.
  1. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 22x. Saat saya melakukan Research ini di bulan Desember 2021, PER saham IRRA ada di 33.5x. 51% lebih mahal dari PER rata-ratanya.

    Tapi, saat itu saya lihat PER rata-rata industrinya di 24x, berarti PER IRRA sekitar 40% lebih mahal juga dari PER rata-rata industrinya. Tidak menarik.

  2. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 4.7x. Waktu itu PBV saham IRRA ada di 6.5x. 39% lebih mahal dari harga rata-ratanya.

PBV rata-rata industrinya saat itu di kisaran 6.5x. Berarti harga PBV IRRA saat itu sama dengan PBV rata-rata industrinya. Tidak menarik juga.

Invest di saham IRRA?

Menurut saya, performa bisnis IRRA sangat bagus. Revenue growth yang tinggi, net profit growth juga tinggi, NPM bagus, ROE sangat tinggi. Tapi, saya tidak suka dengan DER yang tergolong tinggi dan valuasi PER dan PBV yang tidak menarik.

Sekarang saya mau coba menggali lebih dalam lagi untuk melihat apakah ada “harta karun tersembunyi” di saham IRRA ini. Tidak banyak yang bagus, tapi ada beberapa yang menarik:

  1. Current Ratio (rasio perbandingan aset lancar dengan liabilitas lancar) IRRA rata-rata di 2x! Jadi setiap hutang lancar IDR 1, IRRA ada aset lancar sebesar IDR 2 untuk membayar. Jadi angka DER di 1x, pun, masih aman, lah.
  2. Return on Assets (perbandingan laba dengan aset total) mereka rata-rata di 15%. Cukup tinggi.
  3. PEG Ratio (rasio PER dibagi dengan persentase kenaikan laba) IRRA untuk tahun 2021 ini saya proyeksikan di 0.53x. Ini menarik, kenapa? Peter Lynch, seorang investor legendaris dunia, dalam bukunya yang berjudul ‘One Up on Wall Street’ bilang:

The P/E ratio of any company that’s fairly priced will equal its growth rate…If the P/E of Coca-Cola is 15, you’d expect the company to be growing at about 15 percent a year, etc. But if the P/E ratio is less than the growth rate, you may have found yourself a bargain…

Peter Lynch

Jadi intinya: kalau PER di bawah dari angka pertumbuhan laba perusahaan (rasio PEG di bawah 1x), kemungkinan itu perusahaan yang sedang bertumbuh dan murah. Menarik juga, nih.

Sekarang, mari lihat analisa DCF dari saham IRRA.

Research – Valuasi DCF

Ini hasil analisa DCF (Discounted Cash Flow) untuk saham ini:

Gambar hasil valuasi DCF untuk saham IRRA. Ada 141% margin of safety di sini! Bahkan dikurangi hutang-hutangnya, masih ada 129% margin of safety! Menarik!
Gambar 2. Hasil valuasi DCF untuk saham IRRA
  1. Saya menggunakan nilai performa bisnis aktual (yang sudah terjadi) untuk tahun 2017 – 2020 dan nilai ekspektasi performa bisnis untuk tahun 2021 – 2024.
  2. Angka FCF/Net Profit yang saya pakai adalah 59.45%. Ini adalah angka rata-rata FCF/Net Profit IRRA dari tahun 2017 – 2020. Angka ini cukup konservatif (tanpa harus saya perkecil lagi) karena dalam 5 tahun terakhir, IRRA sering membukukan angka FCF/Net Profit di atas 100%.
  3. Untuk discount factor (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai FCF yang kita ekspektasikan/prediksikan untuk masa depan kalau nilai itu kita tarik ke hari ini), saya pakai 10%. Saya pakai angka Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun dan saya lebihkan 3%. Biasanya saya hanya tambahkan 0.5%, tapi kali ini saya tambahkan lebih banyak karena saya belum ada data 8 – 10 tahun kebelakang. Supaya memperkecil risiko salah saja, sih.
  4. Untuk perpetual growth (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai pertumbuhan FCF perusahaan selama-lamanya), saya pakai 2%.

Intinya, dengan amat sangat saya permudah (oversimplify), adalah nilai kumulatif FCF milik IRRA dari akhir 2021 (awal prediksi dimulai) sampai selamanya, kalau kita tarik ke hari ini akan bernilai sebesar IDR 8 Triliun. Selamanya itu sampai kapan? Entah. Bisa 10 tahun atau 20 tahun ke depan.

Nilai IDR 8 Triliun itu, kalau kita bagi dengan jumlah saham IRRA yang beredar saat ini di 1.6 miliar lembar, akan memberikan kita nilai intrinsik per lembarnya di IDR 5,018.

Saat research atas saham IRRA ini saya lakukan di bulan Desember 2021, nilai per lembar saham IRRA adalah IDR 2,080. Ada 141% margin of safety di sini! Wow!

Kalau dikurangi hutang-hurangnya bagaimana? Nilai intrinsik per lembar ada di IDR 4,774, masih ada 129% margin of safety! Menarik!

Kesimpulan

Langsung saja, apa saya mau berinvestasi di saham IRRA ini? Jawabannya: Kemungkinan besar, tapi tidak sekarang. Saya mau lihat performa bisnis secara penuh IRRA di tahun 2021 ini.

IRRA, menurut saya, adalah perusahaan yang memiliki performa bisnis yang sangat bagus dan sahamnya memiliki valuasi DCF yang sangat menarik. Tapi valuasi PER dan PBV yang tidak menarik dan tidak banyak “harta karun tersembunyi” membuat saya enggan untuk berinvestasi di saham IRRA ini untuk sekarang.

Tapi, misal, harga sahamnya sekarang di kisaran IDR 1,100 / lembar. Saya, kalau ada dananya, sangat mau untuk beli sekarang. Kenapa? Karena PER dan PBV-nya akan menjadi lebih rendah dari PER dan PBV rata-ratanya. Dan juga, bila demikian, margin of safety dari saham IRRA secara analisa DCF setelah dikurangi hutang adalah 334%! Itu baru menarik.

Yah, mungkin di pertengahan tahun 2022 saya akan cek saham ini lagi.

Oke, untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai saham IRRA ini. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan hubungi saya di sini atau tinggalkan komentar di bawah.

Lalu, kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi atau menghibur kalian, saya hanya ingin bilang kalau kalian lihat iklan menarik yang ada di blog ini dan kalian klik, saya berterima kasih sebelumnya. Itu akan membantu saya dalam terus menjalankan blog ini.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)