PTRO: Analisa Fundamental Salah Satu Saham “Koleksi” Lo Kheng Hong

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com dan kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham PTRO (PT Petrosea Tbk.).

Berbeda dengan ITMG dan ADRO, PTRO adalah sebuah perusahaan jasa kontrak pertambangan (mayoritas batubara) dan minyak bumi dan gas besar di Indonesia. Jadi yang mereka jual adalah jasa, bukan hasil tambang / minyak bumi dan gas itu sendiri.

PTRO juga merupakan salah satu “koleksi” saham pak Lo Kheng Hong, seorang investor legendaris Indonesia yang pernah kita bahas di bulan Mei lalu. Jadi, di post kali ini, selain saya akan membahas soal analisa fundamental dari saham PTRO, saya juga akan coba melihat alasan pak Lo Kheng Hong mulai membeli saham ini di tahun 2013 lalu.

Nah, seperti biasa, sebelum saya lanjutkan ke analisa saya, perlu saya jelaskan bahwa analisa saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila kalian belum pernah baca disclaimer blog ini, silahkan klik di sini.

Lalu, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5 dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR; bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Analisa saham PTRO

PTRO (PT Petrosea Tbk.) adalah perusahaan multi-disiplin yang bergerak di bidang kontrak pertambangan, rekayasa, pengadaan & konstruksi, dan jasa minyak & gas bumi. Secara industri mereka masuk ke coal mining. Kenapa? Padahal mereka tidak memiliki tambang batubara. Karena bisnis terbesar mereka (61.62% dari pendapatan total PTRO di tahun 2020) adalah dari kontrak pertambangan, yang mayoritas tambang batubara.

PTRO berdiri di tahun 1972 dan menjadi perusahaan publik di tahun 1990. Pada tahun 2009, sekitar 98% dari saham mereka dibeli oleh PT Indika Energy Tbk. Saat ini Indika Energy memiliki 69.8% dari saham PTRO.

Bagaimana dengan bisnis PTRO? Mari kita lihat.

Bisnis PTRO

Secara lini bisnis, PTRO dibagi menjadi tiga:

  • Kontrak Pertambangan / Contract Mining

Mereka menawarkan jasa solusi pertambangan yang terintegrasi dari tambang ke pelabuhan (“pit to port”). Tahun 2020 lalu, 61.62% dari pendapatan total mereka dari lini bisnis ini.

  • Rekayasa, Pengadaan, & Konstruksi / Engineering, Procurement, & Construction

PTRO menawarkan jasa pembangunan infrastruktur yang berhubungan dengan pertambangan. Di tahun 2020, 19.32% dari pendapatan total mereka dari sini.

  • Jasa Minyak Bumi & Gas / Oil & Gas Services

Perusahaan ini menawarkan jasa logistic dan pendukung kegiatan minyak & gas bumi. Tahun lalu 17.60% dari pendapatan total PTRO dari sini.

Nah, sekarang mari kita bahas hasil dari tahap Research untuk PTRO di bawah ini.

Research – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan laporan tahunan PTRO dari 2011 – 2020 dan laporan keuangan mereka dari Kuartal 1 tahun 2021 (yang saya “setahunkan” / “annualized”). Laporan keuangan PTRO ditulis dalam kurs USD.

Berikut performa bisnis mereka:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 20.36% per tahun. Tetapi itu dengan angka tahun 2021 yang saya setahunkan. Kalau hanya sampai rata-rata tahun 2020 saja, angka ini ada di sekitar 11%.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: -44.60% per tahun. Ini dikarenakan di tahun 2015, laba mereka turun drastis. Tanpa angka ini, rata-rata pertumbuhan laba mereka ada di kisaran 17%.
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 5.07% per tahun. Kecil sekali, sepertinya bisnis mereka cukup kompetitif.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif dengan rata-rata USD 16.6 Juta per tahun. Total FCF selama 10 tahun terakhir di USD 182.6 Juta.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata: 0.84x.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: stabil dengan rata-rata 0.80x per tahun.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 10.26% per tahun.
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 1.48x per tahun. Hutangnya lebih banyak dari modal mereka. Saya kurang suka dengan ini.
  9. Current ratio (rasio aset lancar dibanding kewajiban lancar) rata-rata: 1.57x! Meski DER mereka tinggi (hutang banyak), tetapi asetnya masih lebih banyak lagi. Jadi tetap likuid, kok, perusahaan ini.
  10. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 6.39x. Saat saya melakukan Research ini di bulan Juni 2021, PER PTRO ada di 8.28x. Lebih tinggi dari PER rata-rata historisnya.

Saat ini PER rata-rata industrinya ada di 2.04x, jadi PER PTRO sekarang 405% lebih tinggi dari rata-rata industrinya. Mahal.

  1. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 0.63x. PBV mereka saat post ini saya tulis ada di 0.67x.

    PBV rata-rata industrinya ada di 1.20x. Secara PBV, PTRO 179% lebih murah dari rata-rata industrinya.

Invest di saham PTRO?

Secara valuasi PER, PTRO tidak menarik sama sekali. Mahal malah. Tapi secara PBV, PTRO cukup menarik.

Seperti biasa, saya selalu mencoba untuk menggali informasi lebih dalam lagi saat saya melakukan Research, untuk melihat siapa tahu masih ada “harta karun tersembunyi” di tiap perusahaan yang saya analisa.

Dan untuk PTRO, hal-hal ini yang saya dapat:

  1. Saat post ini ditulis, total kapitalisasi pasar PTRO ada di IDR 2.25 Triliun. Pendapatan mereka di akhir tahun 2020? IDR 4.8 Triliun! 2x lipat lebih besar! Tidak masuk akal, kan?
  2. Total aset mereka saat ini ada di IDR 7.3 Triliun. 3x lebih besar dari kapitalisasi pasar PTRO. Masuk akal, kah?

Nah, bagaimana dengan valuasi DCF-nya?

Research – Valuasi DCF

Ini hasil analisa DCF (Discounted Cash Flow) untuk saham ini:

Gambar 1. Hasil valuasi DCF untuk saham PTRO
  1. Saya menggunakan nilai performa bisnis aktual (yang sudah terjadi) untuk tahun 2017 – 2020 dan nilai ekspektasi performa bisnis untuk tahun 2021 – 2024.
  2. Untuk FCF/Net Profit – Expected, saya pakai 5.2%. Yaitu, angka FCF/Net Profit 2017 yang saya bagi 4 supaya lebih konservatif. “Angka 4 dari mana?” Tidak dari mana-mana, saya hanya ingin memperkecil angka 20.79% saja supaya lebih konservatif.
  3. Untuk discount factor (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai FCF yang kita ekspektasikan/prediksikan untuk masa depan kalau nilai itu kita tarik ke hari ini), saya pakai 7.5%. Sekali lagi, saya pakai angka Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun dan saya tambah 0.5%.
  4. Untuk perpetual growth (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai pertumbuhan FCF perusahaan selama-lamanya), saya pakai 2.5%. Rendah supaya lebih konservatif.

Intinya, dengan amat sangat saya permudah (oversimplify), adalah nilai kumulatif FCF milik PTRO dari akhir 2021 (awal prediksi dimulai) sampai selamanya, kalau kita tarik ke hari ini akan bernilai sebesar IDR 13.3 Triliun (atau USD 941 Juta).

Selamanya itu sampai kapan? Entah. Bisa 10 tahun, 20 tahun, atau bahkan 30 tahun ke depan. Nilai IDR 13.3 Triliun itu, kalau kita bagi dengan jumlah saham PTRO yang beredar saat ini di 1.1 Miliar lembar, akan memberikan kita nilai intrinsik per lembarnya di IDR 11,836/lembar.

Saat post ini ditulis di bulan Juni 2021, nilai per lembar PTRO adalah IDR 2,000. Berarti, ada hampir 492% margin of safety untuk saham ini!

Kenapa pak Lo Kheng Hong membeli PTRO pada tahun 2013?

Saya tidak menemukan artikel / berita yang menyebutkan di harga berapa pak Lo Kheng Hong mulai membeli saham PTRO ini. Tetapi, di awal tahun 2014 (bulan Januari), beliau pernah bilang “Saya mulai membeli saham Petrosea ketika harga sahamnya turun banyak beberapa bulan lalu…”

Beberapa kata-kata kunci: “Beberapa bulan lalu” dari Januari 2014 dan “harga sahamnya turun”. Saya lihat di harga saham PTRO mulai turun beruntun dari April sampai Agustus 2013. Saya asumsikan pak Lo Kheng Hong mulai membeli saat harga PTRO jatuh ke kisaran harga terendahnya di tahun 2013, yaitu di IDR 1,000 per lembarnya.

Di harga IDR 1,000, dengan kurs IDR 10,297 per 1 USD, PER PTRO saat itu di kisaran 6.3x dengan kapitalisasi pasar di IDR 1.1 Triliun. Pendapatan mereka saat itu? IDR 3.7 Triliun, 3.2x lebih besar dari harga seluruh perusahaannya. Sangat menarik, kan?

Di akhir Agustus 2013, PER rata-rata IHSG ada di 12.49x, berarti PER PTRO saat itu 2x lebih murah dari harga rata-rata IHSG!

Dari hal-hal tersebut, pantas, lah, pak Lo Kheng Hong tertarik untuk berinvestasi di sini. Nah, itu tahun 2013, bagaimana dengan tahun 2021 ini?

Kesimpulan

Oke, invest di PTRO, kah, kita?

Saham PTRO ini cukup menarik sebenarnya. Secara “nilai wajar” / “value”, PTRO ini sedang under value / di bawah nilai wajarnya. Kenapa? Seperti yang saya bilang di atas:

  1. Secara PBV, valuasi PTRO di bawah PBV rata-rata industri, historis, bahkan jauh di bawah PBV rata-rata indeks (2.4x untuk indeks vs. 0.67x untuk PTRO).
  2. Pendapatan mereka di tahun 2020 itu 2x lipat lebih besar dari total kapitalisasi pasarnya.
  3. Total aset mereka 3x lebih besar dari kapitalisasi pasarnya.
  4. Saya lupa bilang, selama 11 tahun terakhir PTRO tidak pernah gagal membayarkan dividen. Dengan dividend yield rata-rata di 8.7% per tahun! 2x lipat dari bunga terbesar di Bank Jago…hehehe. Pak Lo Kheng Hong saja  sudah balik modal hanya dari dividen PTRO selama 8 tahun.

Meski saya kurang “sreg” dengan bisnis mereka yang kompetitf (ROE kecil) dan hutang yang besar (DER tinggi), tapi PTRO ini cukup menarik untuk diinvestasikan, sih…dan seperti biasa, kalau saya ada uang lebih…hehehe.

Pak Lo Kheng Hong saja masih bertahan di emiten ini meski sudah memilikinya hampir 8 tahun. Artinya dia masih melihat potensi dari saham ini.

Oke! Untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai PTRO. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan tulis komentar di bawah atau silahkan hubungi saya di sini.

Juga, kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini. Bila ada yang menarik dan kalian klik, saya berterima-kasih sebelumnya.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)

Exit mobile version