Analisa Fundamental Saham Merck (MERK) dan Tempo Scan Pacific (TSPC): Investasi di Masa Pandemi

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com dan kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya dalam berinvestasi di masa pandemi, terutama dengan saya melakukan analisa fundamental saham MERK dan TSPC.

Saya akan memberikan alasan saya dalam memilih MERK (PT Merck Tbk.) dan TSPC (PT Tempo Scan Pacific Tbk.) yang dari saya pertama beli saham kedua perusahaan tersebut di Mei 2020, dalam waktu 2 bulan (sekitar di Juli 2020 tepatnya), sudah naik masing-masing 113% dan 44%.

Bagi seorang trader atau short term investor (investor jangka pendek) itu pencapaian yang amat cukup langka dan luar biasa, pasti dia akan langsung exit position (jual saham-sahamnya). Tetapi ingat, saya disini sebagai value investor, investor saham untuk jangka panjang, jadi kedua saham tersebut masih saya tahan sampai blog post ini ditulis. (Per hari ini, saham MERK dan TSPC saya masing-masing di 55.98% dan 15.89% di atas harga beli saya).

Lalu, mengulang apa yang saya sudah bilang di post sebelumnya mengenai blog ini. Cara saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5. Jangan bingung, ya.

Nah, yang mau saya ceritakan adalah bagaimana saya bisa menemukan kedua saham tersebut dan apa yang membuat saya mau membeli kedua saham tersebut untuk jangka panjang.

Menggunakan stock screener untuk menemukan MERK dan TSPC

Di bulan April 2020, hampir sebulan setelah kantor saya menetapkan kebijakan WFH (Working From Home, Bekerja Dari Rumah), saya mulai mencari-cari saham-saham yang sedang “salah harga” (seperti kata pak Lo Kheng Hong). Soalnya kan, memang dari Maret 2020 IHSG sudah mulai turun memasuki ranah bear market (kondisi dimana harga saham gabungan, terkoreksi/turun 20% atau lebih dari level tertingginya selama dua bulan atau lebih), jadi saya pikir “wah, pasti sudah banyak saham “murah” nih”.

Saya kebetulan pakai broker IndoPremier, jadi saya pakai stock screener mereka. Saya lupa kriteria apa yang saya cari, tetapi biasanya yang saya cari adalah:

1) Perusahaan dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 500M (kalau terlalu kecil saya takut tidak “likuid” sahamnya)
2) Perusahaan dengan PER di bawah 15x (di bulan Maret 2020, rata-rata PER IHSG itu di 13x, jadi 15x saya rasa masih oke)

Sudah…itu saja. Saya tidak lihat indikator/kriteria technical seperti EMA10 dimana, Stochastic di angka berapa, ada Support atau tidak, Resistance dimana, dan lain lain. Dalam investasi jangka panjang itu semua tidak penting sama sekali. (Kalau kita bicara trading, itu lain soal).

Rasio-rasio value investing yang saya gunakan

Nah, dari 2 kriteria di atas, saya waktu itu dapat daftar sekitar 25-30 perusahaan. Dari sana saya lihat satu per satu mana yang saham-sahamnya paling tidak likuid (paling tidak sering diperdagangkan), langsung saya buang dari daftar. Ada sisa 22 perusahaan yang mau saya review lebih lanjut.

Saya me-review semua perusahaan-perusahaan dengan melihat: net profit margin, efficiency ratio, return on equity, debt to equity ratio, net profit growth, earnings per share, book value per share, harga saham per lembar, price earnings ratio (PER), price to book value (PBV), dan PER to earnings growth (PEG) setiap perusahaan dengan data finansial dua tahun kebelakang.

Itu semua akan saya bahas satu persatu di bawah secara sekilas. Tetapi di post berikutnya, semua itu akan saya bahas secara lebih detil. Untuk saat ini kita fokus dulu di bagaimana saya memilih MERK dan TSPC.

Lalu, dari 22 perusahaan tersebut, saya dapat 10-15 perusahaan menunjukan angka-angka “bagus” yang ingin saya riset lebih lanjut. Cara saya riset adalah saya menggunakan rasio-rasio finansial di atas tetapi saya lihat dari data finansial 10-11 tahun kebelakang. Dari 10-15 perusahaan yang sudah saya riset dengan melihat data 10-11 tahun kebelakang, saya mendapatkan 11 perusahaan yang amat sangat menarik untuk diinvestasikan. Salah duanya adalah MERK dan TSPC.

MERK (PT Merck Tbk.)

Apa yang menarik dari MERK yang membuat saya ingin memiliki sahamnya? Waktu itu saya lihat data laporan tahunan MERK dari tahun 2019 sampai 2010, dan saya melihat rasio-rasio keuangan yang sehat seperti demikian:

  1. Net Profit Margin (NPM; marjin yang didapat dengan membagi laba dengan pendapatan): rata-rata NPM MERK selama 10 tahun kebelakang ada di 14.6%. Angka yang cukup baik dibanding perusahaan-perusahaan farmasi lain.
  2. Efficiency Ratio (ER; rasio seberapa efisien perusahaan dalam mengelola biaya produksi/cost of goods sold dibanding pendapatan): rata-rata ER MERK 10 tahun kebelakang ada di 0.52 (52%). Artinya setiap Rp 100 pendapatan dibutuhkan Rp 52 untuk biaya produksi. Cukup baik menurut saya, tinggi tapi tidak terlalu tinggi. Pastinya semakin kecil semakin baik.
  3. Return on Equity (ROE; rasio laba dibanding modal kerja/ekuitas): Ini rasio yang penting, kita mau paling tidak di atas 15%. Jadi 2-3x di atas bunga deposito. Karena kalau sama/di bawah bunga deposito, yang punya perusahaan mending tutup saja perusahaannya, jual semua aset, lalu masukan uangnya ke deposito. Buang-buang tenaga saja. Rata-rata historis ROE MERK ada di 27.3%.
  4. Debt to Equity Ratio (DER; rasio hutang/total liabilitas dibanding modal kerja): rata-rata DER MERK rendah, hanya di 0.44 (44%) hutangnya dibanding modal kerja.
  5. Owner’s Earnings Ratio (rasio belanja modal untuk pembelian/perawatan aset tetap perusahaan, biasa disebut capital expenditures/CAPEX, yang dibandingkan dengan uang kas bersih dari aktifitas operasi perusahaan): disini yang kita cari lebih kecil lebih baik. Setiap industri berbeda tentunya, tapi secara garis besar kita mau perusahaan yang hanya sedikit membelanjakan uangnya untuk pembelian/perawatan aset tetap (yang diperlukan untuk aktifitas bisnis). Dan rata-rata CAPEX MERK 10 tahun kebelakakang hanya di 16% dari total uang kas yang diterima dari aktifitas operasinya.
  6. Free Cash Flow (FCF; sisa dari uang kas bersih dari aktifitas operasi perusahaan dikurangi CAPEX): disini saya mau lihat konsistensi dan FCF yang positif. Dari 10 tahun kebelakang, hanya sekali di tahun 2019 FCF MERK negatif. Itu karena hutang pajak tinggi yang harus dibayar.
  7. Earnings per Share (EPS; laba dibanding total saham beredar, atau laba per lembar saham): disini idealnya saya mau lihat EPS yang bergerak naik dari tahun ke tahun. Atau paling tidak, angka-angka ini tidak berantakan (kadang besar sekali, lalu kecil sekali, lalu besar lagi – tanpa pola yang jelas). Memang MERK tidak naik dari tahun ke tahun, tetapi ada pola yang bisa saya lihat.
  8. Book Value per Share (BVPS; nilai modal kerja/ekuitas dibanding total saham beredar, atau nilai buku per lembar saham): disini juga sama dengan EPS, saya mau lihat BVPS yang bergerak naik dari tahun ke tahun. Disini, BVPS MERK ada trend seperti itu.
  9. Price Earnings Ratio (PER; harga saham dibanding EPS): nah, ini salah satu cara valuasi apakah suatu perusahaan sedang dijual “murah” atau tidak. Harga saham MERK waktu itu di Rp 2,090 per lembarnya, dengan EPS 174.68, PER-nya waktu itu berarti di 11.96x. Saya bandingkan dengan rata-rata PER industri farmasi di 15x dan PER IHSG waktu itu di 13x. Berarti harga saham MERK waktu itu sedang “diskon”, dan dengan performa bisnis MERK seperti di atas, ini harga yang menarik. Apalagi saya cek nilai PER rata-rata MERK selama 10 tahun kebelakang yang ada di 24.8x, berarti secara historis harga saham MERK lagi “diskon” 108%!
  10. Price to Book Value (PBV; harga saham dibanding BVPS): ini juga cara valuasi suatu perusahaan. PBV MERK waktu itu di 1.58x dan rata-rata industri di 3.32x dan IHSG di 1.8x. Bila dibandingkan dengan PBV industri berarti harga saham MERK waktu itu lagi “diskon” 110%! Bila dibandingkan dengan PBV rata-rata MERK selama 10 tahun kebelakang di 5.75x, berarti MERK lagi “obral” 265% lebih murah dari PBV historis!
  11. PER to earnings growth (PEG; harga PER dibanding peningkatan laba tahun terbaru dari tahun sebelumnya): PEG MERK waktu itu di 0.11. Karena peningkatan laba dari 2018 ke 2019 sangat tinggi. Disini yang mau kita lihat angka kurang dari 1. Kalau lebih dari 1, kemungkinan harga saham perusahaan tersebut sudah terlalu tinggi/overvalued.

Nah, sekali lagi, dengan angka-angka valuasi di atas dibanding performa bisnisnya 10 tahun kebelakang, harga saham MERK di Rp 2,090 per lembar amat sangat menarik. Apalagi ditambah Cash Current Ratio (rasio uang kas/setara kas lancar dibanding hutang/liabilitas lancar MERK) rata-rata selama 10 tahun kebelakang ada di 1.29 (129%).

Artinya  uang kas/setara kas lancar MERK selalu lebih dari cukup untuk membayar hutang /liabilitas mereka yang jatuh tempo di setiap tahunnya. Ini juga belum termasuk aset-aset perusahaan lainnya. Ini perusahaan bagus yang likuid dan sedang dijual murah. Saya memutuskan untuk beli sahamnya.

Gambar pergerakan saham MERK harian dari Mei - Juli 2020 yang naik 113%.
Gambar 1. MERK naik sekitar 113% dari Mei – Juli 2020

TSPC (PT Tempo Scan Pacific Tbk.)

Lalu, apa yang menarik dari TSPC yang membuat saya ingin memiliki sahamnya? Saya hanya bisa mendapatkan data-data laporan tahunan TSPC dari 2012 lalu, jadi hanya 8 tahun kebelakang. Tidak masalah, buat saya minimal 5-6 tahun kebelakang. Dari data-data itu saya mendapat rasio-rasio keuangan cukup sehat seperti demikian:

  1. Net Profit Margin: rata-rata 8 tahun kebelakang di 6.96%.
  2. Efficiency Ratio: rata-rata di 0.61 (61% COGS dibanding pendapatan).
  3. Return on Equity: rata-rata di 13%.
  4. Debt to Equity Ratio: rata-rata di 0.42 (42% hutang dibanding modal kerja).
  5. Owner’s Earnings Ratio: rata-rata CAPEX TSPC dibanding uang kas yang didapat dari aktifitas operasinya jauh lebih tinggi dari MERK. Di angka 68%. Berarti lebih mahal untuk membeli/merawat aset-aset TSPC dibanding MERK…
  6. Free Cash Flow: …tetapi, berhubung pendapatan dan net profit TSPC jauh lebih besar dari MERK, FCF kumulatif mereka dari 8 tahun kebelakang sudah Rp 1T lebih besar dari MERK. Juga, secara konsisten mereka menghasilkan FCF yang positif setiap tahunnya (kecuali di 2018 karena ada pembayaran yang meningkat ke supplier mereka).
  7. Earnings per Share: sama seperti MERK, bukan yang meningkat setiap tahunnya, tetapi ada pola terlihat.
  8. Book Value per Share: yang ini, tanpa gagal, dalam 8 tahun terakhir BVPS TSPC meningkat setiap tahunnya. Artinya modal kerja TSPC secara stabil selalu naik dari tahun ke tahun.
  9. Price Earnings Ratio: saat itu, PER TSPC di 8.94x dibanding harga sahamnya. Sedangkan, PER rata-rata industri di 15x dan IHSG di 13x. Ini lebih murah dari MERK. Apalagi kalau dilihat PER historisnya di 17.35, PER TSPC berarti lagi “diskon” 94%!
  10. Price to Book Value: PBV TSPC waktu itu di 0.92x, lebih rendah dari PBV rata-rata industri dan IHSG. Dengan PBV historis 8 tahun kebelakang di 2.42x, berarti PBV TSPC lagi “diskon” 164x!
  11. PER to earnings growth: PEG memang waktu itu “hanya” di 0.88x, tetapi tetap di bawah 1, dan itu sangat bagus.

Nah, sama dengan MERK, TSPC memiliki performa bisnis yang bagus, dengan valuasi menarik di harga Rp 1,182 saat itu. Apalagi dengan cash current ratio yang tinggi juga, seperti MERK, di 1.1. Artinya 110% uang kas/setara kas mereka saja cukup untuk menutup hutang lancar…masih ada sisa lagi.

Yang paling tidak masuk akal adalah, kapitalisasi pasar mereka waktu itu di Rp 5T “saja”. Coba dibanding dengan pendapatan/revenue mereka sepanjang 2019 yang mencapai Rp 10T. Bila kita bisa beli seluruh saham TSPC di harga Rp 5 Triliun, kita akan mendapat perusahaan yang menghasilkan pendapatan Rp 10 Triliun setahun. Sama saja kita beli TSPC secara gratis.

Anggap kita beli rumah seharga Rp 2 Milyar, ternyata di dalamnya ada batu berlian yang sengaja ditinggal pemilik lama seharga Rp 4 Milyar. Masuk akal, gak? Asyik, kan?

Gambar pergerakan saham TSPC harian dari Mei - Juli 2020 yang naik 44%.
Gambar 2. TSPC naik sekitar 44% dari Mei – Juli 2020

MERK dan TSPC menjadi bagian dari portofolio saya

Karena alasan-alasan di atas, saya memilih untuk membeli saham kedua-duanya. MERK dan TSPC. MERK saya kasih 8% dari portfolio saya dan TSPC 10% dari portfolio saya.

Meski performa bisnis MERK lebih bagus, saya lebih menitikberatkan jarak PER dan PBV ke rata-rata indusri dan IHSG masing-masing perusahaan. Konsep ini dinamakan “margin of safety” dan akan saya bahas di post berikutnya. Yang dimana, margin of safety TSPC lebih besar dari MERK.

Juga tidak bisa dipungkiri, kapitalisasi pasar TSPC yang jauh dibawah pendapatannya amat sangat menarik.

Tetapi, meski demikian, pasar sepertinya lebih menghargai MERK daripada TSPC. Balik ke harga saham yang langsung naik 113% dan 44% masing-masing dan dalam 2 bulan saja. Saya sendiri tidak tahu kenapa.

Mungkin karena dari laporan keuangan Kuartal I 2020 masing-masing perusahaan dan ROE MERK itu di 19.47%, dua kali lebih besar dari TSPC yang ada di 9.1%. Atau mungkin juga karena MERK adalah perusahaan global yang terlibat dalam pengembangan vaksin Covid-19, jadi lebih dihargai pasar dalam jangka pendek ini.

Entah lah, pasar saham memang menarik dan perjalanan saya masih panjang.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan: Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)