Analisa Fundamental Saham INCO: Perusahaan Tambang Nikel Publik Terbesar di Indonesia

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com dan kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham INCO (PT Vale Indonesia Tbk.). Satu perusahaan tambang dan pengolahan nikel publik terbesar di Indonesia. Perhatikan saya sebut “publik”, ya. Karena perusahaan tambang nikel swasta terbesar di Indonesia adalah PT Indonesia Morowali Industrial Park.

Saya ingin membahas INCO kali ini karena dua hal: 1) INCO merupakan bagian dari LQ45 (bagi yang baru di dunia saham, LQ45, atau “Liquid 45”, adalah daftar dari 45 perusahaan-perusahaan publik terbanyak diperjual-belikan di pasar saham) dan 2) Saya sempat baca di awal tahun 2021 ini kalau Tesla ingin bergabung dengan proyek supply chain (“rantai pasokan”) batere mobil listrik Indonesia-China-Korea Selatan.

Seperti yang kita tahu, nikel adalah salah satu bahan utama yang dibutuhkan dalam produksi batere mobil listrik (Lithium-ion), sekarang hampir 80% komponen batere mobil listrik adalah nikel. Di setiap model mobil Tesla yang “termurah” (meski tetap mahal untuk saya…hehehe), yaitu Model 3, menggunakan sekitar 30kg nikel. Jadi karena Indonesia menghasilkan 27% dari pasokan nikel di dunia, saya pikir menarik juga untuk membahas INCO.

Gambar nikel. Diambil dari situs PT Vale Indonesia Tbk.
Gambar 1. Nikel (Sumber)

Nah, sebelum saya lanjutkan ke analisa saya, perlu saya jelaskan bahwa analisa saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila kalian belum pernah baca disclaimer blog ini, silahkan klik di sini.

Lalu, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5 dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR; bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Analisa saham INCO

INCO (PT Vale Indonesia Tbk.) adalah perusahaan tambang dan pengolahan nikel publik terbesar di Indonesia. Mereka juga menghasilkan hasil-hasil tambang lain seperti bijih besi dan batubara, tetapi nikel yang terbesar.

Perusahaan ini berdiri di tahun 1968 dan menjadi perusahaan publik Indonesia di tahun 1990. Di akhir 2020, INCO memproduksi 72,237 ton nikel, dengan total cadangan terbukti sebanyak 61.9 juta ton. Mereka merupakan bagian dari Vale S.A., perusahaan multinasional Brazil yang bergerak di industri pertambangan.

Secara industri INCO masuk ke metal & mineral. Ada banyak perusahaan di industri tersebut dan saya memilih perusahaan ini karena alasan-alasan yang saya sebut di atas. Bukan karena perusahaan ini sedang “murah”.

Nah, sekarang mari kita bahas hasil dari tahap Research untuk INCO di bawah ini.

Research saham INCO – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan laporan tahunan INCO dari 2011 – 2020. Sama seperti banyak perusahaan tambang di Indonesia, seperti ITMG dan ADRO, perusahaan ini menggunakan USD dalam laporan keuangan perusahaannya, jadi angka-angka untuk EPS (earnings per share), BVPS (book value per share), PER (price to earnings ratio), dan PBV (price to book value) semua saya konversi ke Rupiah (IDR) menggunakan kurs USD-IDR di 31 Desember 2020. Kenapa?

1) Karena harga saham INCO dalam Rupiah, jadi tidak bisa kalau tidak dikonversi dulu.

2) Saya menggunakan kurs yang sama (kurs terakhir tahun 2020), supaya angka-angkanya konsisten dan tidak berantakan hanya karena fluktuasi nilai tukar saja yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan operasional INCO.

Berikut performa bisnis mereka selama 10 tahun ke belakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: -3.72% per tahun. Pendapatan mereka amat berantakan, kadang naik, kadang turun. Malah trend-nya menurun, meski dalam 2018 – 2020, pendapatan mereka stabil di kisaran USD 760 – 780 jutaan.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: -33.3% per tahun. Sama dengan di atas, pertumbuhan laba mereka berantakan.
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 8.49% per tahun.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif dengan rata-rata USD 69.7 juta per tahun. Total FCF selama 10 tahun terakhir di USD 697 juta.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata INCO tinggi, di 1.19x. Tetapi angka ini menyesatkan. Angka ini tinggi karena di tahun 2015, uang tunai dari hasil operasi mereka kecil, tetapi CAPEX-nya tinggi. Tanpa angka tahun 2015, rasio ini hanya di 0.74x. Cukup sehat.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: stabil dengan rata-rata 0.83x per tahun.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 4.7% per tahun. Kecil sekali.
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 0.25 per tahun! Sangat sehat. Mereka bahkan tidak punya hutang bank.
  9. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 114.5x! Terlalu tinggi. Dan saat saya melakukan Research ini di bulan April 2021, PER INCO ada di 37.6x. Angka rata-ratanya tinggi karena performa bisnis mereka di tahun 2015 itu. Kalau angka PER tahun 2015 saya buang, rata-rata PER mereka hanya 11.57x.

Saya lihat PER rata-rata di sektor mining di 9.89x dan rata-rata industrinya di 19x. PER INCO saat saya tulis post ini terlalu mahal!

  1. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 1.17x. PBV mereka saat post ini saya tulis ada di 1.54x. PBV rata-rata sektor mining ada di 1.82x dan industri di 3.01x. Secara PBV, INCO hampir 50% lebih murah dari rata-rata industrinya!

    Seperti yang kalian bisa lihat, INCO performanya “berantakan”. Kadang bagus, kadang tidak. Apakah saya mau investasi di sini kalau ada uang lebih? Mari kita lihat.

Invest di sini, kah?

Secara performa bisnis saya kurang suka, PER mahal juga. Tetapi PBV murah, hutangnya kecil, dan total FCF mereka positif (artinya mereka mampu menghasilkan uang kas, tanpa tambah hutang).

Nah, sekarang saya coba gali informasi lebih dalam lagi, untuk melihat siapa tahu masih ada “harta karun tersembunyi” di perusahaan ini:

  1. Cash current ratio (rasio uang tunai lancar dibanding liabilitas/hutang lancar) ada di 2.4x! Jadi dari total uang tunai INCO saja bisa membayar hutang-hutang mereka untuk setahun ke depan.
  2. INCO memiliki total cadangan nikel sebesar IDR 9,177 Triliun (dengan harga nikel jual rata-rata INCO di akhir 2020)!. Jadi mereka memiliki cadangan nikel sebesar 208.5x dari harga seluruh perusahaannya. Wow!

Karena hal-hal di atas, lah, saya coba cek berapa fair value mereka.

Research saham INCO – Valuasi DCF

Ini hasil analisa DCF (Discounted Cash Flow) untuk saham ini:

Gambar hasil valuasi DCF untuk INCO. Dengan fair value di IDR 5,855, ada margin of safety sebesar 32.16% di harga saham IDR 4,430, saat post ini ditulis di awal April 2021.
Gambar 2. Hasil valuasi DCF untuk saham INCO
  1. Saya menggunakan nilai performa bisnis aktual (yang sudah terjadi) untuk tahun 2017 – 2020 dan nilai ekspektasi performa bisnis untuk tahun 2021 – 2024.
  2. Untuk FCF/Net Profit – Expected, saya pakai 14.02%. Yaitu, angka rata-rata FCF Growth 2017 – 2020, dan saya bagi 4 supaya lebih konservatif.
  3. Untuk discount factor (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai FCF yang kita ekspektasikan/prediksikan untuk masa depan kalau nilai itu kita tarik ke hari ini), saya pakai 7.5%. Sekali lagi, saya pakai angka Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun dan saya lebihkan 0.5%.
  4. Untuk perpetual growth (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai pertumbuhan FCF perusahaan selama-lamanya), saya pakai 2.5%. Rendah supaya lebih konservatif.

Intinya, dengan amat sangat saya permudah (oversimplify), adalah nilai kumulatif FCF milik INCO dari akhir 2021 (awal prediksi dimulai) sampai selamanya, kalau kita tarik ke hari ini akan bernilai sebesar IDR 58.1 Triliun. Selamanya itu sampai kapan? Entah. Bisa 10 tahun, 20 tahun, atau bahkan 30 tahun ke depan. Nilai IDR 58.1 Triliun itu, kalau kita bagi dengan jumlah saham INCO yang beredar saat ini di 9.9 milyar lembar, akan memberikan kita nilai intrinsik per lembarnya di IDR 5,855/lembar.

Saat post ini ditulis di bulan April 2021, nilai per lembar INCO adalah IDR 4,430. Berarti, ada margin of safety sebesar 32.16%! Bagus sekali ini.

Kesimpulan

Oke, invest di INCO, kah, kita?

Sejak saya mulai blog ini tahun lalu, INCO perusahaan pertama yang “campur aduk” begini. Ada sisi jelek yang sangat jelek, ada sisi bagus yang benar-benar bagus. Biasanya kalau performa bisnis seperti ini, analisa DCF-nya akan memberikan hasil yang biasa saja, atau tidak ada margin of safety malah.

Ini ada margin of safety sebesar 32.16%…bikin bingung.

Tetapi, salah satu syarat saya untuk mau berinvestasi di suatu perusahaan adalah angka ROE yang sehat. Angka rata-rata 4.7% adalah angka yang tidak menarik bagi saya. Apalagi untuk investasi jangka panjang. Belum lagi Tesla batal investasi di Indonesia.

Jadi saya tidak akan berinvestasi di INCO untuk saat ini. Tetapi terlihat kalau saham perusahaan ini ada upside potential (potensi naik) dengan di harga sekarang. Dan juga, pasar mobil listrik Indonesia tetap menarik, dan nikel pasti semakin dibutuhkan.

Oke! Untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai INCO. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan tulis komentar di bawah atau silahkan hubungi saya di sini.

Juga, kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)