Analisa Fundamental Saham Blue Bird (BIRD): Bisnis Transportasi Penuh Tantangan

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com dan kali ini saya ingin membahas analisa saham BIRD (PT Blue Bird Tbk.).

Saya ingin membahas bagaimana bisnis transportasi publik yang tergolong “mahal” taksi Blue Bird, yang bisa dibilang memiliki nama taksi nomor satu di Indonesia, tetap mendapatkan tantangan dalam berbisnis.

Meski demikian, saya juga akan membahas kenapa saya tetap berinvestasi di saham Blue Bird ini. Tetapi analisa saham Blue Bird ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun, ya. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila kalian belum pernah baca disclaimer blog ini, silahkan klik di sini.

Metode value investing yang saya gunakan untuk melakukan analisa saham adalah metode saya sendiri, yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest). Kalau belum tahu itu apa atau belum mengerti istilah-istilah dalam analisa saham, silahkan baca ini.

Dalam metode SRRI tersebut, kita harus melakukan Screening saham terlebih dahulu. Setelah saya melakukan Screening, saya menemukan saham Blue Bird ini dan perusahaan-perusahaan lain di industrinya. Tetapi dari semuanya, saham Blue Bird ini yang paling bagus. Gak heran, sih.

Sekarang mari kita langsung bahas tahap-tahap Review, Research, dan Invest.

Tapi, sebelum kita lanjut, saya mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5.

Analisa saham Blue Bird (BIRD)

BIRD adalah perusahaan transportasi di Indonesia. Mereka bermula dari Jakarta, di tahun 1972, dengan 25 armada taksi. Seiring berjalannya waktu, Blue Bird Group menjadi konglomerasi dengan bisnis bermacam-macam seperti penyewaan mobil dan bus, logistik, industri manufaktur karoseri, properti, bahkan bisnis IT services juga ada. Pastinya yang nomor satu tetap taksi-taksi mereka.

Jadi meski bisnis mereka banyak, industri mereka tetap masuk ke transportation karena 80% bisnis mereka dari usaha taksi. Ada banyak sekali perusahaan-perusahaan di industri ini. Tetapi, saat saya melakukan Review atas industri ini di bulan Juni 2020, dari semuanya yang paling bagus, ya, saham Blue Bird ini.

Memang industri ini berat. Uber saja menyerah, kan.

Nanti di akhir post ini saya akan beri tahu pergerakan saham Blue Bird saya seperti apa. Tetapi sekarang mari kita bahas hasil dari tahap Research untuk BIRD di bawah ini.

Research saham BIRD

Saya menggunakan laporan tahunan BIRD dari 2011 – 2019, karena BIRD baru melakukan IPO di 2014. Biasanya perusahaan hanya mengeluarkan informasi keuangan mereka ke publik maksimal sampai 3 tahun sebelum mereka IPO.

Nah, mari kita bahas performa bisnis BIRD selama 9 tahun ke belakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 7.38% per tahun.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: 24.3% per tahun!
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 9.63% per tahun.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif negatif dan ini sebenarnya sesuatu yang jelek. Tapi kalau saya lihat lebih dalam, dari 2011 – 2014 (saat baru IPO), FCF BIRD memang selalu negatif dan puncaknya di akhir 2014 dengan FCF IDR -1.1T. Yang berarti antara sisa uang tunai dari aktifitas operasi selalu kecil atau memang belanja aset mereka selalu besar. Setelah IPO, memang FCF mereka pelan-pelan naik, tetapi jadi negatif lagi di 2019. Yang saya perhatikan uang tunai dari aktifitas operasi mereka memang banyaknya dihabiskan untuk pembayaran ke supplier dan pembelian aset tetap (kendaraan-kendaraan baru kebanyakan). Memang bisnis yang mahal ini.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata BIRD cukup tinggi, di 1.2. Artinya belanja aset BIRD menghabiskan 120% dari uang tunai dari aktifitas operasi. Karena itu bisnis ini hutangnya cukup besar.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: 0.7 per tahun. Cukup efisien menurut saya, marjinnya memang tidak terlalu besar tapi cukup bagus.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 13.57% per tahun. Tidak terlalu besar, tapi jauh lebih besar dari bunga deposito
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 1.2 per tahun. Memang tinggi, tetapi sejak IPO trennya mengecil. Jadi tidak perlu khawatir.
  9. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 15.87x. Tetapi saat saya melakukan Research ini di bulan Mei 2020, PER BIRD ada di 8.77x. Lebih murah dari PER rata-rata historisnya dan lebih murah dari rata-rata industrinya di 10x.
  10. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 2.17x dan waktu itu PBV BIRD ada di 0.51x. Jauh lebih murah dari rata-rata historisnya dan industrinya, di 2x.

Invest di saham BIRD

Dari Research saya di BIRD di bulan Juni 2020, saya juga menemukan hal-hal di bawah ini yang membuat saya memutuskan untuk berinvestasi di emiten ini:

  1. Current ratio (rasio aset lancar dibanding liabilitas/hutang lancar) sejak IPO tren meningkat. Akhir 2019 ada di 1.25x, atau 125% dari hutang lancar mereka. Artinya ini perusahaan yang likuid (dalam arti bisa membayar hutang tanpa masalah).
  2. PBV mereka . 425% lebih murah dari PBV rata-rata historisnya dan 392% lebih murah dari PBV rata-rata industrinya!
  3. Kapitalisasi pasar mereka di IDR 2.7T, tetapi total aset-asetnya di IDR 7.4T. Bahkan aset tetap mereka sendiri saja di IDR 6T. Kita bisa beli seluruh saham Blue Bird, kalau punya uang IDR 2.7T, dan mendapatkan perusahaan yang menghasilkan pendapatan rata-rata IDR 4T per tahun dengan aset-aset “gratis” seharga IDR 4.7T. Tidak masuk akal, kan?
  4. Ditambah lagi, mereka tidak pernah gagal membayarkan dividen sejak IPO di 2014. Mungkin ini bukan hal yang bijak, dengan melihat belanja aset mereka yang selalu besar tiap tahunnya. Tapi saya suka lihat dividen, bahkan dengan rata-rata yield (jumlah dividen per lembar saham dibagi harga per lembar saham) yang kecil sekalipun. Karena dengan membayar dividen, kemungkinan perusahaan untuk “memainkan” laporan  keuangan lebih kecil.

Saya memutuskan untuk menempatkan hampir 4% dari portofolio saya di saham Blue Bird karena hal-hal di atas. Prospeknya ada, tapi FCF yang sering negatif membuat saya tidak ingin berinvestasi di BIRD terlalu besar.

Gambar grafik saham BIRD dari saya beli di bulan Juni 2020 sampai post ini ditulis. Sedang turun ke minus 21.34%.
Gambar 1. Grafik BIRD dari saya beli di bulan Juni 2020 sampai post ini ditulis

Saat post ini ditulis, BIRD saya sedang turun ke -21.34%. Apakah saya ingin tambah lagi? Mungkin saya mau lihat di awal tahun 2021 seperti apa dulu keuangan mereka.

Tetapi saya lupa bilang di atas, dari total aset mereka, IDR 1.8T merupakan aset berupa tanah. Lalu saat post ini ditulis, kapitalisasi pasar mereka turun lagi menjadi IDR 2.17T. Makin membuat saya ingin menambah kepemilikan saya di saham Blue Bird, nih.

Oke, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai Blue Bird, perusahaan taksi dengan merek paling terkenal di Indonesia. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan atau saran, silahkan hubungi saya di sini atau tinggalkan komentar kalian di bawah.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan: Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)