Ada Apa Dengan Saham GameStop?

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com ini. Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya ini. Apa kabar??!! Sudah lama saya tidak post artikel baru, ya. Maaf sekali ya, saya benar-benar sibuk di kantor…hehehe.

Kali ini saya ingin membahas mengenai drama saham GameStop. Meski ini ada di Amerika sana, tetapi menurut saya ini amat sangat menarik untuk kita bahas, dan juga sebenarnya saya sudah menulis artikel ini bulan lalu, tapi kelupaan untuk di post…hehehe.

Gambar logo GameStop. Perusahaan ini banyak memberikan nostalgia bagi para kaum milenial. Mereka-mereka tumbuh besar memainkan video games yang dibeli di toko perusahaan ini, sekarang sudah memiliki penghasilan untuk membeli saham GameStop juga.
Gambar 1. Logo GameStop (Sumber)

Nah, ada beberapa hal di sini yang ingin saya bahas mengenai drama saham GameStop ini:

1) Short selling

2) Apa hubungan saham GameStop dengan “bandar” (investor institusi / hedge funds) di Amerika?

3) Pendapat saya mengenai ini semua

Saya perlu bilang di awal, post ini tidak bertujuan untuk mengulik drama saham GameStop dengan para “bandar” di Amerika sana secara detil. Saya hanya ingin membahas ini secara garis besarnya dan pendapat saya saja. Bila ingin beritanya secara detil, kalian bisa google sendiri atau bisa juga cari di youtube.

Tetapi, sebelum kita lanjut, saya mau mengulang apa yang saya sudah bilang dari awal saya memulai blog ini mengenai cara saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5. Jangan bingung, ya.

Apa itu short selling?

Sebelum kita bahas mengenai drama saham GameStop vs. “Bandar”, kita mesti tahu istilah short selling.

Biasanya, kalau orang-orang pintar membahas mengenai short selling, baik di sini atau di sini, sering kurang jelas (menurut saya, yaa…). Jadi, sekarang saya akan mencoba menjelaskan dulu apa itu short selling…menurut pengertian saya.

Dalam trading, ada istilah “going long” dan “going short”. Going long artinya kita beli di harga rendah, jugal di harga tinggi. Yah, seperti konsep investasi pada umumnya, lah.

Nah, going short / short selling / shorting artinya kita pinjam saham orang, langsung kita jual di harga sekarang, lalu saat harganya turun kita beli sahamnya di harga yang sudah turun tersebut untuk sahamnya kita kembalikan ke yang punya. Kurang lebih seperti itu. Kurang jelas? Saya beri contoh:

Anggap saya melihat saham A di New York Stock Exchange (Bursa Saham New York) ada di harga $10. Tapi menurut valuasi saya (baik itu teknikal maupun fundamental), harusnya harga saham A ini ada di kisaran $5-6. Saya meminta broker saham saya untuk mencari nasabah-nasabah mereka yang lain yang memiliki saham A ini di kisaran harga $5-6, lalu saya pinjam saham-saham A yang dimiliki para nasabah lain ini. Saham yang saya pinjam di kisaran $5-6 ini lalu saya jual di harga $10, dengan syarat untuk saya: 1) kembalikan saham yang saya pinjam ini dalam tenggat waktu tertentu dan 2) saya harus bayar “bunga” sebagai biaya pinjaman.

Saat harganya benar jatuh ke kisaran $5-6, saya beli lah saham A di harga tersebut supaya saya bisa mengembalikan saham-saham yang sudah saya pinjam sebelumnya tersebut (istilahnya “covering the short”). Saya untung sekitar 40-50%, minus biaya-biaya yang harus saya bayar ke broker saya dan bunga sebagai biaya meminjam sahamnya.

Nah, apa yang terjadi jika harga sahamnya tidak jatuh, tetapi malah naik? Anggap sahamnya naik ke $15, apa yang bisa saya lakukan sekarang?

1) Saya bisa cover the short dengan membeli sahamnya di harga $15. Jadi rugi 50% (belum termasuk biaya-biaya dan bunga), karena saya sudah terlanjur menjual sahamnya di harga $10 sebelumnya.

2) Saya bisa “averaging up” dengan meminjam lebih banyak saham-saham A di harga $5-6 dan menjualnya di harga $15. Jadi rata-rata saham yang sudah saya jual ada di angka $12.5, bukan lagi di $10 ([$10+$15]/2). Berarti saya “hanya” rugi 25%, kan?

Bagaimana kalau harganya naik ke $20? Atau $30? Atau $50? Atau $100? Atau $1,000?? Kalau kita going long dan kita merugi, maksimal kita akan kehilangan uang berapa? Anggap kita beli saham TOTO (PT Surya Toto Indonesia Tbk.) di harga IDR 212 sebanyak 1 lot (100 lembar) dan harga saham TOTO turun ke 0 (nol), berapa kehilangan kita? Ya, sebanyak yang kita beli, maksimal 100% dari modal kita, kan?

Nah, anggap harga saham A naik terus ke $1,000 dan, entah kenapa, kita lupa cover the short. Berapa uang kita yang hilang? Kita hitung dulu: berarti kita jual sahamnya di harga $1,000, sedangkan kita short di harga $5, berarti ($1,000-$5=$995; $995/$5=199) kita rugi 19,900%! Gila, gak?

Kalau kita going long, kemungkinan untung kita bisa ribuan persen, karena harga saham bisa naik tidak terbatas. Sedangkankan kemungkinan rugi kita “hanya” 100% dari uang kita.

Tapi kalau kita going short, kemungkinan untung kita terbatas, tapi kemungkinan rugi kita tidak terbatas. Konsep yang aneh, kan? Menurut saya pribadi, sih, ini jadi seperti spekulasi, bukan investasi.

Mudah-mudahan kalian bisa paham penjelasan di atas ya.

Ada apa dengan saham GameStop?

GameStop adalah perusahaan toko ritel (semua tokonya berbentuk bangunan fisik) video games dari Amerika yang menjual segala hal yang berhubungan dengan video games di toko-toko mereka yang tersebar di Amerika dan negara-negara lain. Saham mereka tercatat di New York Stock Exchange, dengan kode GME. Karena 5,000 lebih toko-tokonya berbentuk fisik, dan banyak orang yang mulai beli games secara online, jadi kinerja bisnisnya mulai turun dalam beberapa tahun kebelakang – yang artinya kinerja sahamnya juga ikut turun.

Di bulan Juni/Juli tahun 2019, ada anggota komunitas saham di forum Amerika, Reddit (yaah, kalau di Indonesia seperti KasKus-nya mereka, lah, bagi yang tidak tahu) bernama Keith Gill, yang melihat kalau saham GME saat itu sedang undervalue (di bawah harga wajarnya), potensi perusahaan masih positif, dan juga dia lihat kalau 140% saham GME banyak di-shorting oleh “bandar-bandar” (perusahaan-perusahaan investasi besar) di Amerika.

Lalu dia membeli “opsi beli” (call options) saham GME sebanyak $53,000. Opsi beli adalah suatu kontrak untuk membeli saham/sebuah aset pada harga dan di waktu tertentu yang sudah disepakati. Dan opsi tersebut dia tahan terus. Kontrak opsi beli yang dibeli oleh Keith akan berakhir di Januari 2021.

Semakin lama semakin banyak dari para anggota komunitas saham di Reddit yang membeli opsi dan saham-saham GME (ribuan, atau bahkan ratusan ribu orang), dan menahannya untuk jangka panjang. Atas dasar tesis/argumen: saham sedang undervalue dan banyak “bandar” yang berada dalam posisi short. Artinya apa? Para “bandar” ini, kan, sedang “meminjam” saham-saham yang sudah mereka jual. Jadi cepat atau lambat mereka harus mengembalikan saham-saham tersebut.

Gambar 1. Logo Reddit, forum komunitas nomor satu di Amerika (Sumber)

Nah, kalau para investor ritel pada membeli sahamnya dan tidak mereka jual, harga saham tidak akan bisa turun, kan? Kalau harga saham yang sedang di-short tidak turun, dan para “bandar” harus mengembalikan saham-saham yang sudah mereka pinjam, berarti mereka harus cover the short dengan cara membeli saham-saham di harga yang lebih tinggi, bukan? Apa yang terjadi? Harga saham makin melonjak tinggi.

Awal 2020, mulai ada “bandar-bandar” lain yang juga melihat kalau potensi saham GME ini masih positif secara fundamental dan ikut membeli bersama para investor ritel. Makin naik lah saham GME ini. Lalu ada CEO salah satu perusahaan ritel online, yang membeli 10% dari jumlah saham beredar GME, pasar ritel makin menghargai saham ini. Lalu, Michael Burry (orang yang memprediksi dan mengekspos krisis finansial global tahun 2008 – dimainkan oleh Christian Bale di film The Big Short), membeli 3.3% dari saham GME yang beredar di pasar atas dasar tesis kalau 90% dari 5,000 lebih toko-toko fisik GME itu cash flow positive (pendapatan dikurangi pengeluaran perusahaan masih menyisakan uang tunai).

Karena hal-hal di atas, makin naik, lah, saham GME. Tadi di atas saya juga sebut kalau 140% saham GME di-short oleh para ”bandar”. Loh? Bagaimana ceritanya orang bisa menjual saham GME lebih banyak dari jumlah saham beredar? Konyol, kan?

Hal-hal demikian semakin memojokan para “bandar” bodoh ini yang menyebabkan, apa yang dinamakan, short squeeze. Yaitu kondisi dimana mereka yang sedang short di suatu saham terdorong untuk keluar dari saham tersebut dengan cara cover the short. Ini akan mendorong harga saham menjadi semakin tinggi.

Pendapat saya mengenai saham GameStop dan semua ini

Oke, saya sudah bilang di atas, saya kurang suka dengan short selling. Karena hal-hal yang sudah saya bilang di atas. Jadinya ini seperti spekulasi, bukan investasi.

Tapi, apa short selling pasti hal yang buruk? Tadi saya sudah bilang soal Michael Burry, kan? Menurut kalian bagaimana cara dia mengekspos krisis finansial global 2008? Dari short selling. Dia lihat kondisi properti di Amerika mulai berantakan, dia short pasar propertinya.

Pernah dengar Enron? Perusahaan energi di Amerika yang pada masa kejayaannya menghasilkan pendapatan tahunan USD 101 Milyar, di tahun 2000, tapi menjadi bangkrut di akhir 2001. Bagaimana bisa? Ada trader saham bernama Jim Chanos yang melihat “keanehan-keanehan” dalam laporan keuangan Enron dan dia short sahamnya.

Kedua posisi short yang diambil oleh Michael Burry dan Jim Chanos membuka ”mata” para pelaku pasar bahwa pasar itu sendiri sedang overvalue (terlalu mahal). Jadi sebenarnya ada gunanya juga aktifitas short selling ini.

Yang saya tidak suka adalah, para pelaku short selling bisa bebas ke media massa untuk “menjelek-jelekan” perusahaan-perusahaan yang mereka short, untuk mempengaruhi publik supaya harga saham perusahaan-perusahaan tersebut jatuh. Ada yang buat film dokumenter segala bahkan!

GameStop adalah perusahaan yang sedang dilanda masalah, tapi bukan berarti pantas “dihancurkan” dengan aktifitas short selling para “bandar”. Oke, memang mereka mengandalkan toko ritel, sedangkan para pemain games di PC banyak yang mengunduh (download) games mereka, dari Steam misalnya, sedangkan sekarang kita sudah di era serba digital.

Lalu kenapa? Apa para “bandar” ini tidak melakukan riset mereka kalau 49% gamers dewasa di Amerika lebih memilih main di console (seperti PS, Xbox, dll – yang lebih banyak membutuhkan DVD fisik untuk bisa dimainkan)? Bahkan juga, di tahun 2018, 75% penjualan video games masih melalui DVD fisik!

Nah, karena hal-hal tersebut sih, saya tidak peduli dengan nasib para” bandar” ini. Yang mereka lakukan dengan GameStop tidak ada gunanya. Tidak “membuka mata” para pelaku pasar ritel juga. Malah yang ada para “bandar” ini ingin menjatuhkan perusahaan bagus, yang sedang bermasalah, dengan cara “manipulasi”.

Lalu, apakah di Indonesia bisa short selling? Bisa. Tapi hanya untuk 43 emiten yang ada di BEI dan wajib memiliki paling tidak IDR 200 juta di rekening dana nasabah kita. Buang-buang waktu saja menurut saya. Tapi jangan salah, kalau nilai saham-saham saya mencapai IDR 20 Milyar (aamiiiin…hehehe) mungkin saya akan coba-coba untuk short selling. Gak apa lah menurut saya 1% dari nilai saham dipakai untuk spekulasi.

Oke, mungkin kali ini sampai situ saja, kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini.

Dan, maaf bila pembahasan ini tidak terlalu dalam, tapi memang saya tidak mau terlalu detil dalam membahas drama saham GameStop ini.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)