BMTR: Analisa Fundamental Raksasa Media Indonesia dan Salah Satu Saham “Koleksi” Lo Kheng Hong

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com dan kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham BMTR (PT Global Mediacom Tbk.), atau yang lebih dikenal sebagai MNC Media.

Raksasa media milik Pak Hary Tanoesoedibjo (Hary Tanoe) ini juga merupakan salah satu “koleksi” saham pak Lo Kheng Hong, seorang investor legendaris Indonesia yang pernah kita bahas di bulan Mei lalu. Jadi, di post kali ini, sama seperti saat kita membahas saham PTRO sebelumnya, selain saya akan membahas soal analisa fundamental dari saham BMTR ini, saya juga akan mencoba melihat alasan pak Lo Kheng Hong mulai membeli saham ini di tahun 2020 lalu.

Nah, seperti biasa, sebelum saya lanjutkan ke analisa saya, perlu saya jelaskan bahwa analisa saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila kalian belum pernah baca disclaimer blog ini, silahkan klik di sini.

Lalu, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5 dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR; bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Analisa saham BMTR

BMTR (PT Global Mediacom Tbk.) adalah perusahaan konglomerasi media terintegrasi terbesar di Indonesia, dan bahkan di Asia Tenggara. BMTR memiliki bisnis-bisnis saluran televisi, televisi berbayar, konten multimedia, situs portal/berita, internet provider, rumah produksi, beberapa perusahaan teknologi online (online travel agency, ecommerce, dll), media, dan bahkan talent management juga. Bisa dibilang dari hulu sampai hilir. Dari produksi sampai marketing, betul-betul end-to-end.

Secara industri, BMTR masuk ke trade, services, & investment. 49.94% saham perusahaan ini dimiliki oleh PT MNC Investama Tbk. (BHIT), atau MNC Group, konglomerasi investasi yang juga milik pak Hary Tanoe. Mungkin suatu hari saya akan menganalisa saham ini juga.

Secara langsung, pak Hary Tanoe hanya memiliki 0.21% dari saham BMTR dan 3.04% dari saham BHIT. Pemilik saham terbesar BHIT adalah HT Investment Development Ltd., sebuah perusahaan investasi yang terdaftar di British Virgin Islands, sebesar 18.58%. British Virgin Islands adalah sebuah negara suaka pajak (“tax haven”), kalau mau tidak bayar banyak-banyak pajak ke Pemerintah bisa salurkan kepemilikan bisnis kamu ke negara-negara suaka pajak seperti ini, nih. HT kepanjangannya apa, yaaaa? (hehehe…).

Yah, menggunakan negara suaka pajak seperti ini adalah hal yang lumrah dilakukan oleh semua perusahaan-perusahaan besar dunia. Adalah tugas Pemerintah untuk membawa uang-uang yang berada di negara-negara suaka pajak tersebut kembali ke Indonesia (seperti program tax amnesty Indonesia di tahun 2016, program yang sangat bagus menurut saya).

Oke, bagaimana dengan komposisi bisnis-bisnis mereka? Mari kita lihat.

Bisnis BMTR

Kalau dari segi pendapatan, sebenarnya bisnis-bisnis BMTR mencetak uang dari tiga sumber:

  • Iklan (non-digital dan digital) dan Konten

BMTR menghasilkan IDR 7.95 Triliun, atau sekitar 65.95% dari total pendapatan mereka dari sini.

  • TV Berbayar dan Broadband

IDR 3.68 Triliun, sekitar 30.55% dari total pendapatan, didapatkan BMTR dari lini bisnis ini.

  • Usaha lainnya (talent management, e-commerce, media, dll)

Dari lini bisnis ini, IDR 422 Miliar, sekitar 3.5% dari total pendapatan, dihasilkan oleh BMTR. Nah, sekarang mari kita bahas hasil dari tahap Research untuk BMTR di bawah ini.

Research – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan laporan tahunan BMTR dari 2010 – 2020. Berikut performa bisnis mereka selama 11 tahun ke belakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 8.69% per tahun.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: 57.13% per tahun. Angka yang tinggi karena banyak kenaikan-kenaikan laba yang ekstrim (setelah tahun-tahun sebelumnya turun cukup drastis). Secara median, angka ini ada di 34%.
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 12.22% per tahun.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif dengan rata-rata IDR 728 Triliun per tahun. Total FCF selama 11 tahun terakhir di IDR 8 Triliun.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata: 0.98x. Tinggi karena sebelum tahun 2016, angka-angka belanja aset mereka tinggi dan uang tunai dari aktifitas operasinya “kecil”. Tetapi dari 2016 – 2020, angka-angka ini sangat sehat.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: sehat dengan rata-rata 0.57x per tahun.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 8.62% per tahun.
  8. Debt equity ratio (ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 0.67x per tahun. Sangat sehat.
  9. Current ratio (rasio aset lancar dibanding kewajiban lancar) rata-rata: 2.5x! Sangat likuid!

  10. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 15.14x. Saat saya melakukan Research ini di bulan Juni 2021, PER BMTR ada di 2.49x. Atau 6 kali lebih rendah dari PER historisnya!

Saat itu PER rata-rata industrinya ada di -11x, jadi PER BMTR sekarang tidak bisa dibandingkan dengan industrinya. Tapi PER rata-rata IHSG ada di 11.6x, sekitar 4.6 kali lebih rendah dari PER BMTR saat ini!

  1. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 1x. PBV mereka saat post ini saya tulis ada di 0.22x. Itu 4.6 kali lebih kecil dari PBV rata-rata historis BMTR!

    PBV rata-rata industrinya ada di 0.39x. Hanya lebih kecil sedikit dari PBV BMTR saat ini. Tapi PBV rata-rata sektornya ada di 2.55x, jadi BMTR 11x lebih murah!

Invest di saham BMTR?

Secara valuasi PER dan PBV, BMTR amat sangat menarik.

Seperti biasa, saya selalu mencoba untuk menggali informasi lebih dalam lagi saat saya melakukan Research, untuk melihat siapa tahu masih ada “harta karun tersembunyi” di tiap perusahaan yang saya analisa.

Dan untuk BMTR, hal-hal ini yang saya dapat:

  1. Saat post ini ditulis, total kapitalisasi pasar BMTR ada di IDR 4.4 Triliun. Pendapatan mereka di akhir tahun 2020? IDR 12 Triliun! 2.7x lipat lebih besar! Tidak masuk akal, kan?
  2. Total aset mereka saat ini ada di IDR 32 Triliun. 7.2x lebih besar dari kapitalisasi pasar BMTR. Masuk akal, kah?
  3. Aset lancar BMTR ada di IDR 9.8 Triliun, 2.2x lebih besar dari kapitalisasi pasarnya.
  4. Bahkan dari uang kas dan aset tetap BMTR, di IDR 15 Triliun, kedua itu 3.3x lebih besar dari kapitalisasi pasarnya.
  5. Aset tetapnya sendiri ada di IDR 14 Triliun, kalau dibagi jumlah saham beredar mereka 15.3 Miliar lembar, harga aset tetap BMTR per lembarnya adalah IDR 920. Sekitar 3x besar dari harga saham BMTR saat post ini ditulis.

Banyak sekali “harta karun”nya. Nah, bagaimana dengan valuasi DCF-nya?

Research – Valuasi DCF

Ini hasil analisa DCF (Discounted Cash Flow) untuk saham ini:

Hasil valuasi DCF untuk saham BMTR. Dengan fair value di IDR 2,487 dan harga saham saat post ini ditulis di IDR 292. Ada margin of safety sebesar 751.7%. Wow!
Gambar 1. Hasil valuasi DCF untuk saham BMTR
  1. Saya menggunakan nilai performa bisnis aktual (yang sudah terjadi) untuk tahun 2017 – 2020 dan nilai ekspektasi performa bisnis untuk tahun 2021 – 2023.
  2. Untuk FCF/Net Profit – Expected, saya pakai 26.72%. Yaitu, angka FCF/Net Profit rata-rata 2017 – 2020 yang saya bagi 4 supaya lebih konservatif. “Angka 4 dari mana?” Tidak dari mana-mana, saya hanya ingin memperkecil angkanya saja supaya lebih konservatif.
  3. Untuk discount factor (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai FCF yang kita ekspektasikan/prediksikan untuk masa depan kalau nilai itu kita tarik ke hari ini), saya pakai 8.5%. Itu saya pakai angka Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun dan saya tambah 1%.
  4. Untuk perpetual growth (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai pertumbuhan FCF perusahaan selama-lamanya), saya pakai 2.5%. Rendah supaya lebih konservatif.

Intinya, dengan amat sangat saya permudah (oversimplify), adalah nilai kumulatif FCF milik BMTR dari akhir 2021 (awal prediksi dimulai) sampai selamanya, kalau kita tarik ke hari ini akan bernilai sebesar IDR 38.1 Triliun.

Selamanya itu sampai kapan? Entah. Bisa 10 tahun, 20 tahun, atau bahkan 30 tahun ke depan. Nilai IDR 38.1 Triliun itu, kalau kita bagi dengan jumlah saham BMTR yang beredar saat ini di 15.3 Miliar lembar, akan memberikan kita nilai intrinsik per lembarnya di IDR 2,487/lembar.

Saat post ini ditulis di bulan Juni 2021, nilai per lembar BMTR adalah IDR 292 / lembar. Berarti, ada hampir 751.7% margin of safety untuk saham ini!

Kenapa pak Lo Kheng Hong membeli BMTR pada tahun 2020?

Nah, kalau kita lihat analisa-analisa di atas, kelihatan, lah, kenapa pak Lo Kheng Hong tertarik dengan saham ini.

Saat itu, beliau juga bilang “BMTR perusahaan yang bagus, di tengah Pandemi masih bisa membukukan laba Rp 551 miliar” (waktu itu beliau membeli BMTR di Agustus 2020). Di harga saat itu, IDR 200 / lembar saham, PER BMTR rendah. Yaah, di harga sekarang juga masih rendah kok, pak…hehehe.

Tapi bila benar beliau membeli BMTR di harga IDR 200 / lembar, berarti kepemilikan pak LKH di BMTR sudah naik sekitar 46% dari bulan Agustus 2020 lalu.

Cukup jelas, sih, kenapa pak LKH tertarik dengan saham ini.

Kesimpulan

Oke, invest di BMTR, kah, kita?

Saham BMTR ini sangat menarik sebenarnya. Secara “nilai wajar” / “value”, BMTR ini sedang under value / di bawah nilai wajarnya. Kenapa? Seperti yang saya bilang di atas:

  1. Secara valuasi PER dan PBV, BMTR di bawah rata-rata historisnya.
  2. Pendapatan mereka di tahun 2020 itu 2.7x lipat lebih besar dari total kapitalisasi pasarnya.
  3. Total aset mereka 7.2x lebih besar dari kapitalisasi pasarnya.

Saya suka, sih, dengan saham ini. Banyak “harta karun” tersembunyi disini. Tapi, what’s the catch, nih? Ada udang di balik batu, kah? Masa semuanya bagus-bagus?

Iya, ada satu hal yang membuat saya kurang “sreg”. Jumlah saham beredar BMTR naik 11% lebih banyak dari tahun 2010 – 2020. Perusahaan-perusahaan lain mengurangi jumlah saham beredar dengan program membeli balik saham (“share buyback”), lah, BMTR malah menambah jumlah sahamnya. Bagaimana, sih?? Terus terang saya bingung dengan ini. Mungkin ini yang menyebabkan harga saham ini sudah mulai turun setiap tahun dari tahun 2012, para “bandar” malas masuk ke saham BMTR ini.

Tapi, terus terang, ini tetap perusahaan yang bagus dan menarik. Apa saya akan berinvestasi di sini? Mungkin iya, saat saya ada uang lebih. Banyak atau tidaknya saya masih belum tahu karena pak Lo Kheng Hong sendiri sudah seperti “bandar”…hehehe

Oke! Untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai BMTR. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan tulis komentar di bawah atau silahkan hubungi saya di sini.

Juga, kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini. Bila ada yang menarik dan kalian klik, saya berterima-kasih sebelumnya.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

2 thoughts on “BMTR: Analisa Fundamental Raksasa Media Indonesia dan Salah Satu Saham “Koleksi” Lo Kheng Hong”

  1. Terimakasih kak analisa nya
    Sangat bermanfaat
    Btw menurut saya kak alasan kenapa jlh saham bmtr beredar naik karena perusahaan mau ngurangi beban pajak 3 persen sesuai dengan Perppu Nomor 1 Tahun 2020, diatur penyesuaian tarih Pajak Penghasilan (PPh) wajib pajak (WP) badan dalam negeri.

    1. Halo! Terima kasih sudah berkunjung ke blog Stoxets.com ya.

      Yang soal mengurangi beban pajak 3% mungkin kurang tepat ya. Soalnya terakhir mereka menambah saham beredar di tahun 2019, sebelumnya di 2016 dan 2014. Lagipula jumlah saham beredar BMTR yang dimiliki masyarakat sudah 53.74% (syarat pajak kurang itu 40%). Sepertinya lebih karena anggota direksi yang keluar masuk (yang dapat saham dari BMTR) jadi jumlahnya naik turun. Entah ya. Memang naik turunnya jumlah saham beredar tidak signifikan sih, tapi saya pribadi kurang sreg saja.

      Salam investasi,
      ETS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)