Analisa Fundamental Saham Bank BNI (BBNI) dan Bank Mandiri (BMRI): Dua Bank BUMN Korporat Terbesar di Indonesia

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com dan kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham Bank Negara Indonesia (BBNI) dan Bank Mandiri (BMRI). Dua bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) korporat terbesar di Indonesia.

Kedua perusahaan ini sama-sama merupakan salah dua bank BUMN yang pangsa pasarnya kebanyakan klien-klien korporat.

Saat post ini ditulis, kapitalisasi pasar BBNI ada di IDR 87T dan BMRI ada di IDR 266T.

Gambar kapitalisasi pasar 4 bank terbesar di Indonesia: BBCA, BBRI, BMRI, BBNI. Diambil dari IDN Financials tanggal 29 Oktober 2020.
Gambar 1. Kapitalisasi pasar 4 bank terbesar di Indonesia. Diambil dari IDN Financials tanggal 29 Oktober 2020.

Perlu saya sampaikan sebelumnya, BBNI merupakan bagian dari portofolio saya yang sudah saya miliki dari bulan Agustus 2020, sedangkan BMRI bukan bagian dari portofolio saya, meski ia merupakan salah satu perusahaan yang saya sedang amati untuk saya miliki di harga yang tepat. Nanti akan saya jelaskan kenapa saya membeli saham BBNI tapi tidak membeli saham BMRI (meski tertarik).

Tetapi sebelumnya perlu saya sebutkan, analisa kedua saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila kalian belum pernah baca disclaimer blog ini, silahkan klik di sini.

Saya menggunakan metode analisa value investing saya sendiri untuk analisa kedua saham ini, yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest). Kalau belum tahu itu apa atau belum mengerti istilah-istilah dalam analisa saham, silahkan baca ini.

Selain itu, melakukan valuasi sebuah bank akan berbeda dengan valuasi perusahaan-perusahaan lain, seperti ritel atau batubara misalnya. Valuasi industri perbankan membutuhkan banyak rasio-rasio berbeda yang memang dikhususkan untuk industri tersebut. Itu semua akan saya bahas juga.

Terakhir, sebelum kita lanjut, saya mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5.

Analisa saham BBNI

BBNI adalah sebuah bank BUMN Indonesia yang masuk ke kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV, atau bank yang modal intinya di atas IDR 30T. Bank ini berdiri di tahun 1946 dan menjadi bank publik di tahun 1996. Bank BNI merupakan bank pertama di Indonesia yang milik dan didirikan oleh Negara. Per Maret 2020, total aset BBNI adalah IDR 868T.

Secara industri BBNI masuk ke bank (yaa, apa lagi? Hahaha…) dan termasuk dari top 4 Indonesian banks (BCA, BRI, Mandiri, dan BNI) berdasarkan kapitalisasi pasar.

Dari keempat itu, BBNI dan BMRI adalah bank korporat (mayoritas nasabah mereka adalah korporat/perusahaan-perusahaan, baik besar ataupun kecil dan menengah).

Sedangkan BCA dan BRI, adalah bank dengan mayoritas nasabah di ritel. Karena hal itu, BBNI dan BMRI sangat pantas untuk dibandingkan, tapi, misal, BNI dengan BCA atau BNI dengan BRI itu tidak pantas dibandingkan.

Berbeda dengan kebanyakan cara saya menemukan saham-saham lain di awal masa pandemi 2020, dimana saya menggunakan stock screener untuk mencari saham-saham yang sedang dijual ”murah” oleh pasar. Tujuan saya menganalisa saham-saham perbankan di bulan Juli 2020 lalu adalah saya ingin memiliki saham suatu perusahaan yang “tidak mungkin bangkrut” di portofolio saya.

Pilihan yang paling masuk akal adalah salah satu dari bank-bank terbesar di Indonesia, dan saat itu saya mencari yang PER dan PBV-nya paling “murah”. Dari sana saya dapat BBNI dan BMRI.

Nah, sekarang mari kita bahas hasil dari tahap Research untuk BBNI di bawah ini.

Research saham BBNI

Saya menggunakan laporan tahunan BBNI dari 2010 – 2019, dan berikut adalah performa bisnis mereka selama 10 tahun ke belakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: sekitar 14% per tahun.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: sekitar 22% per tahun!
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: sekitar 30% per tahun!

    Nomor 4 – 5 ini, bagi industri perbankan, bisa dibilang unik. Agak kurang tepat, meski tetap bisa dilakukan, bila kita menggunakan metode kalkulasi free cash flow dan owner’s earnings ratio karena pendapatan utama bank adalah dari perbedaan dana nasabah yang disimpan di bank tersebut dan pinjaman yang diberikan bank tersebut ke nasabah lain.

    Bisa saja di satu tahun dana simpatan nasabah sedang rendah, tetapi dana pinjaman sedang tinggi. Ini akan berpengaruh ke uang kas dari aktifitas operasi bank tersebut. Meski demikian, di sinilah efisiensi dan kepiawaian bisnis bank tersebut bisa dilihat.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif dengan rata-rata IDR 4.3T per tahun. Total FCF selama 10 tahun terakhir adalah IDR 43T.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata BBNI minus, di -0.27 (BBNI “nombok” sekitar 27% untuk belanja aset bila dibandingkan dengan uang kas dari aktifitas operasi mereka). Di sini terlihat, meski FCF BBNI tetap positif, dalam pengelolaan cash flow mereka kurang efisien.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: stabil dengan rata-rata 0.35 per tahun. Dalam mengelola biaya setiap Rupiah yang mereka hasilkan, BBNI cukup efisien.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 14.5% per tahun.
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 6.3. Bila dibanding industri/sektor lain, ini amat sangat tinggi. Tapi di perbankan, tinggi itu wajar. Karena bisnis mereka memang dari hutang yang mereka kelola. Jadi tidak perlu dipusingkan angka ini.

    Nah, untuk nomor 9 – 15, ini adalah rasio-rasio yang penting dan spesifik bagi industri perbankan.
  9. Return on assets (imbal hasil dari total aset) rata-rata: 2% per tahun. Angka ini harus di atas 1%, jadi BBNI sudah bagus.
  10. Net interest margin (marjin/perbedaan dari bunga yang bank terima dari nasabah dengan bunga yang bank bayarkan ke nasabah lain) rata-rata: 5.85%. Angka ini sebaiknya stabil atau pelan-pelan meningkat. BBNI stabil di kisaran 5 – 6%.
  11. Loan life coverage ratio (rasio dana penanggulangan kredit macet yang wajib disediakan bank) rata-rata: 134%. Ini sangat baik, karena paling tidak bank harus bisa menutupi 100% dari kredit macetnya.
  12. Net write-offs (persentase dana macet yang kemungkinan tidak akan dibayar kembali oleh nasabah) rata-rata: 1.45%. Untuk angka ini, semakin kecil semakin baik. Bandingkan dengan bank lain.
  13. Current account savings account/CASA (dana bank dari tabungan nasabah yang berbunga rendah) rata-rata: 65%. Angka ini semakin besar semakin baik, karena artinya bank ini pandai dalam menarik dana berbunga rendah (dalam arti lain, berbiaya rendah).
  14. Term deposits (dana bank dari deposito/bunga tinggi) rata-rata: 35%. Angka ini semakin rendah semakin baik, karena deposito itu berbunga tinggi (dalam arti lain, berbiaya tinggi).
  15. Loan deposit ratio (rasio perbandingan dana bank yang diterima dari nasabah dengan dana yang dipinjamkan ke nasabah lain) rata-rata: 86%. Angka ini ditentukan oleh BI, minimum 78% dan maksimum 92%. Kenapa ada minimum dan maksimum? Karena kalau terlalu rendah artinya bank tersebut tidak menggunakan dana yang mereka punya secara maksimum dan kalau terlalu tinggi artinya bank tersebut memiliki resiko tidak likuid saat dibutuhkan.
  16. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 10.74x. Tetapi saat saya melakukan Research ini di bulan Juli 2020, PER BBNI ada di 5.45x. Jauh lebih rendah dari PER rata-rata historisnya. Lalu saya lihat PER rata-rata di industri banking di 26x, berarti BBNI 377% lebih rendah dari harga rata-rata PER industri saat itu!
  17. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 1.54x. Sama dengan PER, waktu itu PBV BBNI ada di 0.68x. Jauh lebih rendah dari PBV historisnya. Lalu, PBV rata-rata industri banking saat itu di kisaran 2.07x, berarti BBNI 204% lebih rendah dari harga rata-rata PBV industrinya!

Sekarang, mari kita bandingkan dengan BMRI.

Analisa saham BMRI

BMRI juga merupakan sebuah bank BUMN Indonesia yang masuk ke kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV. Bank ini berdiri di tahun 1998 dan merupakan hasil merjer empat bank BUMN yang direstrukturisasi saat itu, karena krisis moneter. Per Maret 2020, total aset BMRI adalah IDR 1,300T.

Seperti yang saya bilang di atas, BMRI adalah bank korporat dan termasuk dari keempat bank terbesar di Indonesia, berdasarkan kapitalisasi pasar.

Berikut adalah hasil dari tahap Research untuk BMRI.

Research saham BMRI

Saya menggunakan laporan tahunan BMRI dari 2010 – 2019, dan berikut adalah performa bisnis mereka selama 10 tahun ke belakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: sekitar 11% per tahun.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: sekitar 17% per tahun.
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: sekitar 31% per tahun!
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif dengan rata-rata IDR 12.5T per tahun. Total FCF selama 10 tahun terakhir adalah IDR 125T!
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata di 0.15 (kasarnya, hanya 15% uang tunai dari aktifitas operasi BMRI dipakai untuk belanja aset). Di sini terlihat, dibanding BBNI, BMRI jauh lebih efisien dalam mengelola cash flow.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: stabil dengan rata-rata 0.36 per tahun.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 17.2% per tahun.
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 6.3. Sama seperti BBNI, BMRI juga memiliki DER tinggi, karena bisnis mereka memang dari hutang yang mereka kelola, ini juga tidak perlu dipusingkan.

    Sekali lagi, untuk nomor 9 – 15, ini adalah rasio-rasio yang penting dan spesifik bagi industri perbankan.
  9. Return on assets (imbal hasil dari total aset) rata-rata: 2.18% per tahun.
  10. Net interest margin (marjin/perbedaan dari bunga yang bank terima dari nasabah dengan bunga yang bank bayarkan ke nasabah lain) rata-rata: 5.7%. Angka ini sebaiknya stabil atau pelan-pelan meningkat. BMRI juga stabil di kisaran 5 – 6%.
  11. Loan life coverage ratio (rasio dana penanggulangan kredit macet yang wajib disediakan bank) rata-rata: 159.5%. Ini sangat baik, karena paling tidak bank harus bisa menutupi 100% dari kredit macetnya.
  12. Net write-offs (persentase dana macet yang kemungkinan tidak akan dibayar kembali oleh nasabah) rata-rata: 0.52%. Untuk angka ini, semakin kecil semakin baik. Bandingkan dengan bank lain.
  13. Current account savings account/CASA (dana bank dari tabungan nasabah yang berbunga rendah) rata-rata: 64%.
  14. Term deposits (dana bank dari deposito/bunga tinggi) rata-rata: 36%.
  15. Loan deposit ratio (rasio perbandingan dana bank yang diterima dari nasabah dengan dana yang dipinjamkan ke nasabah lain) rata-rata: 84%.
  16. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 13x. Tetapi saat saya melakukan Research ini di bulan Oktober 2020, PER BMRI ada di 12.6x. Hampir seharga PER rata-rata historisnya. Tapi saya lihat PER rata-rata di industri banking saat itu di 37x, berarti BMRI 293% lebih rendah dari harga rata-rata PER industri saat itu!
  17. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 2.18x. Sama dengan PER, waktu itu PBV BMRI ada di 1.45x. Lebih rendah dari PBV historisnya. Lalu, PBV rata-rata industri banking saat itu di kisaran 2.16x, berarti BMRI 150% lebih rendah dari harga rata-rata PBV industrinya!

Kesimpulan dari saham BBNI dan BMRI

Oke, dari hasil Research, secara bisnis saya melihat BBNI dan BMRI mirip. Terlihat dari perbandingan rasio-rasio berikut:

  1. Revenue growth
    BBNI: 14%
    BMRI: 11%
  2. Net profit growth
    BBNI: 22%
    BMRI: 17%
  3. Net profit margin
    BBNI: 30%
    BMRI: 31%
  4. Free cash flow
    BBNI: positif dengan rata-rata IDR 4.3T per tahun
    BMRI: positif dengan rata-rata IDR 12.5T per tahun
  5. Efficiency ratio
    BBNI: 0.35
    BMRI: 0.36
  6. Debt equity ratio
    BBNI: 6.3
    BMRI: 6.3
  7. Return on assets
    BBNI: 2%
    BMRI: 2.18%
  8. Net interest margin
    BBNI: 5.85%
    BMRI: 5.7%
  9. Loan life coverage ratio
    BBNI: 134%
    BMRI: 159.5%
  10. Net write-offs
    BBNI: 1.45%
    BMRI: 0.52%
  11. Current account savings account/CASA
    BBNI: 65%BMRI: 64%
  12. Term deposits
    BBNI: 35%
    BMRI: 36%
  13. Loan deposit ratio
    BBNI: 86%
    BMRI: 84%

Di atas terlihat, ada beberapa hal yang BBNI unggul dan ada yang BMRI lebih unggul. Tetapi kurang lebih sama.

BBNI cukup jauh lebih unggul dalam pertumbuhan pendapatan (revenue) dan laba (net profit). Tetapi perlu diingat, pendapatan rata-rata BBNI selama 10 tahun terakhir ada di IDR 35T, sedangkan BMRI ada di IDR 63T. Saya rasa lebih mudah bila kita ingin menumbuhkan uang 10ribu ke 100ribu, dibanding 10juta ke 100juta; meski sama-sama pertumbuhan 10x lipat. Jadi pastinya akan lebih sulit bagi BMRI untuk menumbuhkan pendapatan dan laba mereka dibanding BBNI.

Kalau kita lihat free cash flow (FCF) kedua bank, BMRI 3x lipat lebih besar dari BBNI. Wajar, pendapatan BMRI lebih besar dari BBNI.

Nah, meski dari sisi bisnis BBNI dan BMRI mirip, tapi dari hasil Research saya terlihat kalau BMRI memiliki manajemen yang lebih efisien. Coba lihat angka-angka berikut:

  1. Return on equity
    BBNI: 14.5%
    BMRI: 17.2%
  2. Owner’s earnings ratio
    BBNI: rata-rata BBNI minus, di -0.27
    BMRI: rata-rata di 0.15

Dari kedua rasio di atas terlihat, BMRI lebih pandai dalam memutar ekuitas (modal) mereka dibanding BBNI. Lalu kalau kita lihat owner’s earnings ratio, rata-rata BBNI minus, sedangkan BMRI bisa positif.

Dari sisi CAPEX (capital expenditures atau belanja aset) dibanding pendapatan tahunan mereka, sih, CAPEX mereka tidak ada artinya. CAPEX BBNI “hanya” IDR 1.8T dan CAPEX BMRI “hanya” IDR 4.8T, masing-masing hanya 0.03% dan 0.05% dari pendapatan tahunan.

Artinya, perputaran uang tunai dari aktifitas operasi masing-masing bank yang perlu diperhatikan, dan BMRI lebih efisien dalam hal ini.

Kenapa Invest di saham BBNI?

Kalau memang dengan performa bisnis yang mirip, tapi dari sisi manajemen BMRI lebih efisien, kenapa saya memilih BBNI, bukan BMRI, untuk saya investasikan?

Simple, sih, alasannya. Saya memilih BBNI karena:

  1. Harga PER yang saat itu lebih murah. 377% lebih murah dari rata-rata PER industrinya.
  2. Harga PBV yang saat itu lebih murah. 204% lebih murah dari rata-rata PBV industrinya.

Itu saja alasan saya. Bandingkan dengan BMRI yang “hanya” 293% dan 150% masing-masing lebih murah dari rata-rata industrinya.

Tapi, saya selalu belajar hal-hal baru setiap saya melakukan valuasi saham perusahaan-perusahaan yang ingin saya investasikan. Terus terang, saya tidak berpikir saat itu, kalau BMRI dihargai lebih mahal oleh pasar, ya, karena mereka lebih besar dan efisien dibanding BBNI.

Karena itu, saya memutuskan untuk menginvestasikan uang saya ke BMRI, hanya bila harga saham BMRI turun ke kisaran IDR 5,000 – 5,500 per lembar. Kita lihat saja nanti.

Tetapi, dari Agustus 2020 sampai saat post ini ditulis, posisi BBNI saya sudah naik sebanyak 4.64%.

Gambar grafik saham BBNI dari saya beli di bulan Agustus 2020 sampai post ini ditulis. Posisi BBNI saya naik sebanyak 4.64%.
Gambar 2. Grafik BBNI dari saya beli di bulan Agustus 2020 sampai post ini ditulis.

Oke, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai BBNI dan BMRI, dua bank BUMN besar dengan performa bisnis bagus. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan tulis komentar di bawah atau silahkan hubungi saya di sini.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan: Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)