Saham Bukalapak (BUKA)

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com. Post kali ini menurut saya spesial, karena kita akan membahas mengenai PT Bukalapak.com, perusahaan e-commerce Indonesia pertama, yang akan melakukan IPO (Initial Public Offering atau “penawaran saham perdana”) di bulan Agustus 2021 depan ini.

Saya akan membahas mengenai analisa fundamental saham Bukalapak, berapa harga wajar saham Bukalapak, dan pendapat saya mengenai saham Bukalapak ini. Semoga post mengenai saham Bukalapak ini bisa membantu kalian dalam membuat keputusan bila kalian ingin membeli saham Bukalapak ini saat IPO di bulan depan.

Gambar logo Bukalapak. Saham Bukalapak (BUKA) akan IPO pada bulan Agustus 2021.
Logo Bukalapak (Sumber)

Seperti biasa, sebelum saya lanjutkan ke analisa saya, perlu saya jelaskan bahwa analisa saham Bukalapak ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila kalian belum pernah baca disclaimer blog ini, silahkan klik di sini.

Sekali lagi, saya menganalisa saham Bukalapak ini dengan metode saya sendiri yang saya namakan dengan metode SRRI (Screen, Review, Research, and Invest).

Lalu, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5 dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR; bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Analisa saham Bukalapak

Bagi yang belum tahu (mungkin ada yang 6-7 tahun terakhir tinggal di pedalaman kali…hehehe), Bukalapak.com adalah perusahaan e-commerce Indonesia yang berdiri pertama kali di tahun 2010 dan didirikan oleh Achmad Zaky, Fajrin Rasyid, dan Nugroho Herucahyono – ketiganya merupakan teman kuliah di ITB.

Sebagaimana layaknya banyak perusahaan/situs e-commerce pada awal masa berdiri, Bukalapak dulunya adalah perusahaan C2C (Customer to Customer, pengguna situs yang berjualan ke sesame pengguna situs lain), yang sekarang sudah berkembang menjadi pasar online yang menjadi tempat para UKM (“usaha kecil dan menengah”) untuk bisa berjualan secara online supaya bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Tahun 2011, belum setahun berdiri, mereka sudah mendapatkan suntikan dana dari Batavia Incubator.

Di tahun 2014, mereka mendapat pendanaan Seri A dari perusahaan investasi Jepang, GREE Ventures, dan beberapa perusahaan investasi lainnya. Di tahun yang sama, EMTEK (PT Elang Mahkota Teknologi Tbk, EMTK), melalui anak perusahaannya KMK Online (KMK), menanamkan IDR 29 Miliar di Bukalapak. Ini menjadikan kepemilikan KMK atas saham Bukalapak sebesar 19.68%.

Di tahun 2015, KMK kembali berinvestasi di Bukalapak sebesar IDR 123.69 Miliar, untuk pendanaan seri B mereka. Ini membuat KMK memiliki 42.74% dari saham Bukalapak. Di bulan Agustus dan November yang sama, KMK kembali berinvestasi di Bukalapak, membuat kepemilikan mereka di saham Bukalapak sebesar 49%. Kisaran valuasi Bukalapak di tahun ini adalah sebesar IDR 2.8 Triliun.

Nah, di tahun 2018, Bukalapak resmi menjadi unicorn (perusahaan rintisan, startup, yang berhasil memiliki valuasi sebesar USD 1 Miliar, atau IDR 14.48 Triliun). Perusahaan startup asli Indonesia ke-empat yang berhasil mencapai status ini.

Bukalapak berencana IPO di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 6 Agustus 2021 dengan melepas sebanyak-banyaknya 25,765,504,851 lembar saham, 25% dari total keseluruhan saham Bukalapak, atau sebanyak-banyaknya senilai IDR 21,900,679,123,350, dengan target harga saham Bukalapak per lembar di kisaran IDR 750 – 850.

Bisnis Bukalapak

Bukalapak membagi bisnisnya menjadi tiga segmen utama, yaitu:

  • Marketplace

Segmen ini mencakup segala aktivitas yang mencakup penyediaan jasa fitur, logistik, virtual product, fintech (financial technology, “teknologi finansial”; misal produk yang berhubungan dengan asuransi atau investasi), pemasaran, Bukausaha, BukaMobil dan BukaMotor, dan jasa.

Kontribusi segmen ini terhadap pendapatan Bukalapak di tahun 2020 ada di kisaran IDR 1 Triliun, atau 76% dari total pendapatan mereka. Naik 41% dari tahun 2019.

  • Mitra/O2O (online to offline)

Mencakup aktivitas mitra sebagai agen dengan pihak ketiga. Melalui bisnis ini, siapapun bisa menjadi agen pulsa/token listrik/setor tunai/kirim uang/top-up e-money/paket data/dll. Atau kamu juga bisa membeli barang secara grosir untuk kemudian dijual kembali.

Dari segmen ini, Bukalapak mendapatkan pendapatan sebesar IDR 199 Miliar, atau hampir 15% dari total pendapatan. Naik 169% dari tahun 2019.

  • BukaPengadaan

Segmen bisnis Bukalapak terakhir ini mencakup aktivitas pengadaan barang dan jasa.

Kontribusi bisnis ini terhadap pendapatan Bukalapak ada di IDR 128 Miliar, atau 9% lebih sedikit dari total pendapatan. Turun hampir 53% dari tahun 2019, wajar sih, kan lagi pandemi, tidak banyak perusahaan-perusahaan yang ramai-ramai membuka pengadaan barang-barang/jasa-jasa baru pasti. Karena kalau kita lihat pertumbuhan 2018 ke 2019, segmen ini tumbuh hampir sebesar 1,300%!

Pemegang saham Bukalapak

Berikut adalah para pemegang saham Bukalapak terbesar (lebih dari 1%) untuk saat ini (sebelum IPO):

  • Achmad Zaky Syaifudin, Co-Founder dan ex-CEO Bukalapak: 5.76%
  • API (Hong Kong) Investment Limited, salah satu perusahaan investasi milik Alibaba Group: 17.40%
  • Archipelago Investment Pte. Ltd., perusahaan investasi asal Singapura: 12.60%
  • Batavia Incubator Pte. Ltd., investor pertama Bukalapak: 3.3%
  • Microsoft Corporation, sudah tahu lah, ya, ini siapa…hehehe: 1.21%
  • Mirae Asset-Naver Asia Growth Investment Pte. Ltd., perusahaan investasi gabungan (“joint venture”) antara Mirae Financial Group asal Korea Selatan dan Naver (perusahaan di balik LINE Messenger) asal Jepang: 2.4%
  • Muhammad Fajrin Rasyid, Co-Founder dan ex-CFO Bukalapak: 3.53%
  • New Hope OCA Limited, sebuah shell corporation (“perusahaan cangkang”, hanya ada di atas kertas saja) sepertinya: 4.22%
  • Nugroho Heru Cahyono, Co-Founder dan ex-CTO Bukalapak: 2.78%
  • PT Kreatif Media Karya: 31.9%
  • UBS AG, London Branch, bank investasi Swiss cabang London, Inggris: 2.48%
  • Willix Halim, COO Bukalapak: 1.86%

Sisanya kurang dari 1%. Menariknya, kalau kalian perhatikan, para founding members (para pendiri) sudah tidak bekerja di Bukalapak lagi. Meski mereka masih memiliki kepemilikan saham Bukalapak yang cukup signifikan. Tidak mungkin, sih, founding members semuanya keluar dalam jarak yang berdekatan kecuali diminta keluar oleh para investor…hmmm, gak usah gosip deh, gak penting…hehehe.

Research saham Bukalapak – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan prospektus IPO saham Bukalapak, yang di dalamnya ada laporan tahunan untuk tahun 2018 – 2020 dan laporan keuangan untuk Kuartal 1 tahun 2021 ini:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 86% per tahun! Tinggi karena tahun 2018 – 2019 pendapatan BUKA tumbuh 268%. Tapi angka median pertumbuhan BUKA sendiri ada di 25.47%.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: 12.04% per tahun. Memang betul, laba BUKA masih negatif, tahun 2020 kemarin BUKA rugi IDR 1.3 Triliun malah. Tapi kalau kita lihat, kerugian mereka makin lama makin mengecil, jadi trennya ke arah yang baik sebenarnya.
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: -301% per tahun. Tidak usah dibahas, lah, ini.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif negatif dengan rata-rata IDR -1.85 Triliun per tahun. Total FCF selama 3 tahun terakhir di IDR -7.4 Triliun. Sebenarnya biaya belanja aset (CAPEX) mereka kecil, kok. Hanya saja biaya aktifitas operasi mereka tinggi sekali.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata minus. Tidak perlu dibahas, lah.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata minus juga.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: -129%. Labanya kan negatif.
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 0.64x per tahun! Hutangnya sedikit, sih. Karena pembiayaan bisnis BUKA, kan, kebanyakan dari melepas saham ke investor.

  9. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: -18.9x. PER saat ini bahkan -67.6x. Tidak perlu dibahas.

  10. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 15.4x. PBV saham Bukalapak saat ini ada di 51.3x. Mahal!

PER negatif dan PBV terlalu tinggi. Jadi kita bisa valuasi saham Bukalapak ini pakai apa, dong??

Research saham Bukalapak – Valuasi Price to Sales Ratio (P/S Ratio)

Karena PER negatif jadi tidak bisa dipakai. PBV juga terlalu tinggi. Mau pakai DCF juga tidak bisa karena FCF-nya negatif (DCF hanya saya pakai kalau FCF kumulatif positif). Jadi kita valuasi saham Bukalapak ini dengan metode apa?

Kita bisa pakai Price to Sales Ratio (P/S Ratio), yaitu rasio antara kapitalisasi pasar Bukalapak yang dibagi dengan pendapatannya pada tahun itu. Bila harga saham Bukalapak untuk IPO ini dijual di harga IDR 850 / lembar, dengan jumlah saham beredar sebesar 103 Miliar lembar, total kapitalisasi pasar BUKA adalah IDR 87.6 Triliun. Dengan ekspektasi pendapatan BUKA di tahun 2021 sebesar IDR 1.69 Triliun, P/S Ratio saham Bukalapak adalah 51.69x. (Jadi, IDR 850 x 103 Miliar lembar saham / IDR 1.69 Triliun).

Tinggi, kah 51.69x itu? Untuk menjawab kita harus ada perbandingannya, dong?

Tapi mau dibandingkan dengan siapa? Tokopedia belum ada prospektusnya. Mungkin Amazon atau Alibaba?

P/S Ratio Amazon sekarang ada di 4.4x. Sedangkan P/S Ratio Alibaba ada di 5.4x. Kalau P/S saham Bukalapak harus di kisaran 4.5 – 5.4x, berarti harga saham Bukalapak harus di kisaran IDR 73 – 89 / lembar.

Atau pendapatan mereka harus di IDR 19.5 Triliun bila ingin harga per lembarnya di IDR 850. Yang dimana mustahil kalau untuk sekarang, kan? Masa mereka bisa meningkatkan pendapatan 1,300% dalam setahun ini?

Bagaimana dengan P/S Ratio Shopee? Sekarang P/S Ratio Shopee ada di 32.7x. Kebetulan SEA Group, induk perusahaan Shopee, baru IPO tiga tahun lalu. Selain itu, di tahun 1999, dua tahun setelah Amazon melakukan IPO, P/S Ratio mereka juga tinggi, yaitu di 40x. Jadi, kalau P/S Ratio saham Bukalapak harus di kisaran 32 – 40x, berarti harga saham Bukalapak harus ada di kisaran IDR 530 – 660 / lembar.

Atau pendapatan mereka harus di kisaran IDR 2.1 – 2.7 Triliun bila ingin harga per lembarnya di IDR 850. Itu bukan angka yang mustahil untuk tahun 2021 ini sebenarnya, sih.

Kesimpulan

Menurut saya, harga saham Bukalapak di kisaran IDR 750 – 850 itu cukup mahal. Bila kita bisa membeli saham Bukalapak di kisaran harga IDR 530 – 660, itu masih tergolong murah. Atau, bila kita membelinya di harga IDR 850 / lembar, dan pendapatan tahunannya di kisaran IDR 2.1 – 2.7 Triliun, maka harga sahamnya menjadi murah juga. (Berdasarkan P/S Ratio di kisaran 32 – 40x).

Menurut saya, target pendapatan Bukalapak itu bukan hal yang mustahil. Kenapa? Karena di tengah pandemi tahun 2020 saja mereka bisa menumbuhkan pendapatan sebesar 25.5%. Bahkan di tahun 2018 – 2019, pendapatan mereka naik 268%! Jadi pendapatan IDR 2.1 – 2.7 Triliun, atau 60 – 100% pertumbuhan dari tahun 2020, bukan tidak mungkin.

Tapi untuk itu Bukalapak harus banyak bekerja keras. Karena meskipun mereka situs/aplikasi e-commerce dengan pengunjung bulanan terbesar ketiga di Indonesia, jarak antara Bukalapak dengan Shopee (nomor 1) dan Tokopedia (nomor 2) bagaikan bumi dengan langit.

Yaitu 129 juta / bulan (Shopee) dan 114 juta / bulan (Tokopedia). Bukalapak? 38.6 juta / bulan. Jauh.

Saya yakin harga saham Bukalapak saat IPO akan naik secara drastis. Apalagi bila kita berkaca ke saham ARTO (PT Bank Jago Tbk.) yang “terbang” setelah resmi menjadi bank digital.  Sepertinya masyarakat Indonesia “haus” akan saham-saham yang berhubungan dengan dunia startup.

Tapi karena saham Bukalapak ini tidak ada margin of safety-nya, saya tidak akan membeli saham BUKA untuk sekarang. Tapi pertanyaannya harusnya “apakah kita harus berinvestasi saat IPO?”. Ini saya jawab di post saya berikutnya.

Oke, untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai saham Bukalapak. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri. Bila ada pertanyaan, silahkan hubungi saya di sini atau tinggalkan komentar di bawah.

Bila post ini membantu dalam perjalanan investasi, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)