Saham BOLA: Analisa Fundamental Bali Bintang Sejahtera (Bali United)

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com. Kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham BOLA (PT Bali Bintang Sejahtera Tbk.), suatu perusahaan klub sepak bola Indonesia pertama yang melakukan IPO (“initial public offering”, penawaran saham perdana).

Sama seperti IRRA (Itama Ranoraya Tbk.), BOLA juga baru melakukan IPO di tahun 2019 lalu. Meski, biasanya saya tidak suka perusahaan yang baru melakukan IPO, tapi karena semalam Indonesia resmi masuk final Piala AFF, saya jadi mau bahas saham BOLA ini.

Nah, sebelum kita bahas saham BOLA lebih lanjut, saya sebutkan lagi kalau saya akan menganalisa saham ini menggunakan metode analisa value investing saya sendiri, yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest), dimana saya akan menggunakan metode valuasi standar seperti PER dan PBV. Biasanya saya juga menggunakan valuasi Discounted Cash Flow (DCF), tetapi untuk saham BOLA ini saya tidak memakainya karena free cash flow BOLA yang negatif.

Lalu saya juga mau menyebutkan bahwa analisa saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila belum pernah, silahkan baca disclaimer blog ini di sini.

Terakhir, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5 dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR; bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Sekarang, mari kita analisa saham BOLA ini!

Analisa saham BOLA

PT. Bali Bintang Sejahtera Tbk. (BOLA) adalah perusahaan klub sepak bola yang berpusat di Bali. Mereka awalnya merupakan klub sepak bola Putra Samarinda yang berpusat di Samarinda, Kalimantan Timur. Di tahun 2014, Putra Samarinda pindah ke Gianyar, Bali, dan mengganti namanya menjadi “Bali United Football Club” di tahun 2015. Di tahun 2019, BOLA memenangkan piala Liga 1 pertamanya dan juga resmi menjadi perusahaan publik.

Gambar Irfan Bachdim (ex pemain Bali United) dengan Adelle Odelia Tanuri (putri pemilik utama saham BOLA).
Gambar 1. Irfan Bachdim (ex pemain Bali United) dengan Adelle Odelia Tanuri (putri pemilik BOLA) (Sumber)

Secara industri, saham BOLA masuk ke consumer services. Secara kepemilikan, berdasarkan public expose bulan Agustus 2021 lalu, saham BOLA dibagi seperti berikut: 42.44% oleh masyarakat, 24.36% oleh Pieter Tanuri (Pemilik), 8.88% oleh PT Asuransi Central Asia, 5.39% oleh PT Indolife Pensiontama, 5.38% oleh PT Asuransi Jiwa Kresna, 5.25% oleh Ayu Patricia Rachmat (anak dari pendiri Triputra Group), 5.25% oleh Miranda, 2.5% oleh Yabes Tanuri (Presiden Direktur BOLA), 0.55% oleh Putri Paramita Sudali (Direktur BOLA), dan 0.04% oleh Katharine Wianna (Direktur BOLA).

Bisnis BOLA

Lalu? Bagaimana perusahaan ini mencetak uang sebagai klub sepak bola? Secara bisnis, BOLA membagi bisnisnya menjadi tiga:

  • Manajemen Klub

Di dalamnya ada iklan, kontribusi anak-anak usaha, dan pertandingan. Segmen ini memberikan kontribusi 51.23% dari total pendapatan BOLA di tahun 2020. Iklan sendiri memberikan 44.42% dari total pendapatannya.

  • Sport Agency

Di sini termasuk sponsor dan siaran video langsung (“live video streaming”) yang berkontribusi 44.94% dari total pendapatan BOLA di tahun 2020. Sponsor memberikan 31.8% dari total pendapatannya.

  • Lain-lain

Termasuk di sini kafe, restoran, Bali United Studio (studio shooting/konser/dll milik BOLA), manajemen stadion, dan lain-lain yang berkontribusi 3.82%.

Bagaimana performa bisnisnya? Mari kita lihat.

Research – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan laporan tahunan BOLA dari 2016 – Kuartal 3 tahun 2021 (yang saya setahunkan). Berikut performa bisnis mereka selama hampir 5 – 6 tahun kebelakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 58.73%! Perusahaan yang sedang berkembang pesat (“growth company”), nih.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) memiliki angka median: 105%!
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) memiliki angka media: 3.87%. Kecil sekali.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif negatif di IDR 232 Miliar dengan rata-rata IDR -38 Miliar per tahun. Tidak bisa pakai analisa DCF kalau FCF negatif.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata di -0.77x! Artinya uang tunai yang masuk dari aktifitas operasi sering negatif tapi belanja aset jalan terus.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: tinggi di kisaran 1.2x.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 4.58% per tahun. Hanya beda 0.83% dari bunga deposito…buat apa bikin bisnis? Masukan saja ke deposito.
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) memiliki angka median: di 0.16x per tahun! Sangat sehat.
  1. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 113.5x! Saat saya melakukan Research ini di bulan Desember 2021, PER saham BOLA ada di 34.7x. Sekitar 220% lebih murah dari harga rata-ratanya.

    Dan, saat itu saya lihat PER rata-rata industrinya di 38x, sekitar 9% lebih murah dari PER saham BOLA saat itu!

  2. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 2.67x. Waktu itu PBV saham BOLA ada di 6.7x. 60% lebih mahal.

Tapi, PBV rata-rata industrinya saat itu di kisaran 3.2x. Berarti harga PBV BOLA saat itu 52% lebih mahal dari rata-rata industrinya!

Invest di saham BOLA?

Menurut saya, performa bisnis BOLA sangat jelek. Memang ini merupakan perusahaan yang sedang berkembang pesat (terlihat dari angka-angka revenue dan net profit growth yang tinggi). Tapi NPM yang kecil, FCF negatif, ROE yang kecil, ROA (“return on assets”) yang kecil juga (0.33%!), dan valuasi PER (yang meski lebih rendah dari rata-rata historis dan industri tetap tidak murah) dan PBV yang tidak menarik – membuat saham BOLA tidak menarik.

Tapi, DER yang sehat menandakan BOLA tidak bermasalah secara finansial. Lalu? Apa ada “harta karun tersembunyi” di saham BOLA ini? Mari kita lihat:

  1. Current Ratio (rasio perbandingan aset lancar dengan hutang lancar) BOLA rata-rata di 4.3x! Jadi BOLA memiliki IDR 4 untuk membayar setiap IDR 1 hutang lancarnya. Menyambung ke poin saya mengenai DER dari saham BOLA ini. Sangat sehat.
  2. Net working capital (aset lancar dikurangi seluruh hutang-hutangnya) itu senilai IDR 456 Miliar. Sangat sehat juga.
  3. PEG Ratio (rasio perbandingan PER dengan pertumbuhan laba) BOLA rata-rata di 0.15x! Nah, proyeksi rasio PEG saham BOLA untuk tahun 2021 ini di 0.01x! Apa artinya? Artinya, PER saham BOLA hanya 1% dari proyeksi pertumbuhan labanya! Peter Lynch, seorang investor legendaris dunia, dalam bukunya yang berjudul ‘One Up on Wall Street’ bilang:

“The P/E ratio of any company that’s fairly priced will equal its growth rate…If the P/E of Coca-Cola is 15, you’d expect the company to be growing at about 15 percent a year, etc. But if the P/E ratio is less than the growth rate, you may have found yourself a bargain…”

Peter Lynch

Intinya: kalau PER di bawah dari angka pertumbuhan laba perusahaan (rasio PEG di bawah 1x), kemungkinan itu perusahaan yang sedang bertumbuh dan murah.

Jadi, meski sayang FCF-nya negatif dan kita tidak bisa valuasi menggunakan analisa DCF, tetapi ada beberapa “harta karun tersembunyi” yang cukup menarik di saham BOLA ini.

Kesimpulan

Langsung saja, apa saya mau berinvestasi di saham BOLA ini? Jawabannya, tidak sama sekali. Karena saya tidak suka dengan angka ROE dan ROA yang kecil. Jadi saya akan pass untuk saham BOLA ini.

Tapi(!), menurut saya bila ada teman-teman di sini yang sudah membeli saham BOLA di kisaran IDR 300an per lembar, itu harga yang bagus. Karena di harga tersebut, PER BOLA 144% dan PBV BOLA 7% lebih murah dari rata-rata industrinya, lalu total asetnya mencapai 37% dari kapitalisasi pasarnya.

Di harga sekarang, IDR 670 per lembar saat post ini ditulis, apakah saham BOLA menarik? Menurut saya tidak terlalu. Tapi rasio PEG-nya sangat menarik (…bila proyeksi saya benar). Tapi, mungkin bagi yang mau beli bisa menunggu dulu sampai Laporan Tahunan saham BOLA tahun 2021 sudah keluar.

Oh, satu hal lagi, pemilik klub ini, Pieter Tanuri memborong balik (“buyback”) saham-saham BOLA di pasaran. Itu pertanda kalau menurut pemilik perusahaan, harga perusahaan dia sedang murah. Menarik!

Oke, untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai saham BOLA ini. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan hubungi saya di sini atau tinggalkan komentar di bawah.

Oke, mungkin kali ini sampai situ saja, kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini. Bila ada yang menarik dan kalian klik, saya berterima-kasih sebelumnya.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)