MLBI: Analisa Fundamental Multi Bintang Indonesia (Oktober 2022)

Channel YouTube Lounge & Chill adalah sponsor blog Stoxets.com
Channel YouTube Lounge & Chill adalah sponsor blog Stoxets.com

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com dan kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham MLBI (PT Multi Bintang Indonesia Tbk.), yang merupakan produsen dari bir Bir Bintang. Saya pernah membahas perusahaan ini di tahun 2020 lalu.

Sekarang saya mau update performa bisnis dan valuasi harga sahamnya karena Laporan Keuangan Kuartal 3 MLBI baru keluar beberapa hari yang lalu.

logo MLBI
Gambar 1. Logo MLBI

Sebelum kita bahas saham MLBI ini lebih lanjut, saya sebutkan lagi kalau saya akan menganalisa saham ini menggunakan metode analisa value investing saya sendiri, yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest), dimana saya akan menggunakan metode valuasi standar, seperti PER dan PBV, dan metode valuasi yang lebih mendalam, seperti Discounted Cash Flow (DCF).

Lalu saya juga mau menyebutkan bahwa analisa saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila belum pernah, silahkan baca disclaimer blog ini di sini.

Terakhir, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000, bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5, bukan 1,5, dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR, bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Sekarang, mari kita analisa saham MLBI ini!

Analisa saham MLBI

MLBI (PT Multi Bintang Indonesia Tbk.) adalah perusahaan produsen minuman beralkohol (bir) publik di Indonesia. Perusahaan ini juga berdiri di tahun 1930an, 1931 tepatnya, sebagai perusahaan bir milik Belanda. Pada tahun 1936, Heineken menjadi pemegang saham utama perusahaan ini. Di tahun 1965, perusahaan ini dinasionalisasi menjadi perusahaan Indonesia, dan dua tahun kemudian Heineken kembali menjadi pemegang saham utamanya.

Di tahun 1981, perusahaan ini go public dengan nama yang sekarang. Lalu merek-merek milik MLBI yang terkenal adalah: Bintang (kalau ini mungkin merupakan merek bir nomor satu di Indonesia dan terkenal di manca negara), Heineken (merek bir Belanda yang sudah berusia hampir 150 tahun), Green Sands, dan Strongbow. Secara industri MLBI masuk ke Food & Beverages (F&B).

Saham MLBI dimiliki oleh Heineken International B.V. (87.42%, bagian dari Heineken Group) dan sisanya dimiliki oleh Masyarakat (12.58%).

Struktur kepemilikan MLBI
Gambar 2. Struktur kepemilikan MLBI

Tidak ada dari para manajemen MLBI (Board of Commissioners dan Board of Directors) yang memiliki saham MLBI secara langsung. Saya kurang suka ini, tapi asalkan performa bisnisnya bagus ini tidak masalah sama sekali.

Oke, bagaimana dengan komposisi bisnis-bisnis mereka? Mari kita lihat.

Bisnis MLBI

Produk MLBI
Gambar 3. Produk-produk MLBI

Produk-produk yang MLBI tawarkan dibagi dua:

  1. Minuman Alkohol
  2. Minuman Non-alkohol

Selain itu, MLBI juga membagi penjualannya berdasarkan pasar domestik dan ekspor. Mari kita bahas satu per satu.

Minuman Alkohol

Di segmen ini ada merek Heineken, Bintang, Bintang Radler, Bintang Crystal, dan Strongbow. Segmen ini menyumbang 88% dari total pendapatan MLBI di tahun 2021.

Minuman Non-Alkohol

Di segmen ini ada merek Green Sands, Bintang Zero 0.0%, dan Bintang Radler 0.0%. Segmen ini menyumbang 12% dari total pendapatan MLBI di tahun 2021.

Nah, dari segi pendapatan, bisnis MLBI “mencetak” uang seperti berikut:

Sumber pendapatan MLBI tahun 2021
Gambar 4. Sumber pendapatan MLBI tahun 2021

Tapi, secara tujuan penjualan, bisnis MLBI dibagi secara pasar domestik dan ekspor, dimanapasar domestik menyumbang 99.5% dari total pendapatan MLBI di tahun 2021.

Pendapatan MLBI tahun 2021 per tujuan penjualan
Gambar 5. Pendapatan MLBI tahun 2021 per tujuan penjualan

Bisa dilihat kalau pasar domestik mencapai 99.5% dan segmen alkohol mencapai 88% dari total pendapatan MLBI di tahun 2021 lalu. Dari sana ada pendapatan dari pelanggan individu yang melebihi 10% dari total pendapatan MLBI, yaitu kepada PT Langgeng Kreasi Jayaprima (LKJ) dan PT Bintang Bali Indah (BBI) masing-masing sekitar 11%. LKJ dan BBI adalah distributor MLBI di Bali. 

Dan, dari tahun 2017 – 2021, pendapatan MLBI total turun -27% atau rata-rata -5.4% per tahunnya. Tapi itu hanya karena performa tahun 2020 (awal pandemi dimulai) yang turun drastic, dari tahun 2017 – 2019 pendapatan MLBI naik terus setiap tahunnya. Di tahun 2022 laba MLBI kami ekspektasikan akan naik sekitar 14% dari tahun 2021.

Pendapatan MLBI 5 tahun terakhir
Gambar 6. Pendapatan MLBI 5 tahun terakhir + Ekspektasi 2022

Lalu, laba MLBI dalam jangka waktu yang sama juga total turun -49.6% atau -9.9% per tahun. Dengan ekspektasi naik 21.5% di tahun 2022 ini, dari tahun 2021 lalu. Seiring dengan industri turisme yang mulai kembali normal.

Laba MLBI 5 tahun terakhir
Gambar 7. Laba MLBI 5 tahun terakhir + Ekspektasi 2022

Nah, sekarang mari kita bahas hasil dari tahap Research untuk MLBI di bawah ini.

Research – Valuasi PER dan PBV

Semua data di bawah diambil dari Laporan Tahunan (dan Keuangan) perusahaan selama 9 tahun kebelakang (dari tahun 2014 – 3Q2022). Data finansial dari Laporan Keuangan 3Q2022 saya setahunkan (“annualized”), jadi hanya merupakan angka prediksi.

Berikut performa bisnis MLBI selama jangka waktu tersebut:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 0.07% per tahun. Ini karena angka penurunan pendapatan yang sangat tajam di tahun 2020 lalu, secara median pertumbuhan pendapatan MLBI sangat sehat di 3.8% per tahun.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: 14% per tahun.
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 27.8% per tahun.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif dengan rata-rata IDR 917 Miliar per tahun. Selama sembilan tahun terakhir, total FCF kumulatif MLBI ada di sekitar IDR 8.25 Triliun.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata: 0.25x.
  6. FCF/Equity ratio (rasio FCF dibandingkan modal) rata-rata: 0.97x (atau FCF yang dihasilkan dari modal sebanyak 97%).
  7. FCF/Net Profit ratio (rasio FCF dibandingkan laba) rata-rata: 1.20x (atau FCF yang dihasilkan dari pendapatan sebanyak 120%).
  8. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: 0.4x per tahun.
  9. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 93% per tahun.
  10. Return on assets (imbal hasil dari aset) rata-rata: 33% per tahun.
  1. ROIC (Return on Invested Capital, atau “Imbal Hasil dari Uang Kas yang Diinvestasikan”) Untuk lebih jelasnya bisa baca blog post kami disini.

Rata-rata ROIC MLBI adalah 63.5%. Dan di tahun 2021, ROIC MLBI ada di 45%.

  1. Debt equity ratio (ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 1.77x per tahun. Memang tinggi ini. Tapi perusahaan ini adalah perusahaan yang likuid.
  1. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 32x. Dan saat saya melakukan Research ini di bulan Oktober 2022, PER MLBI 24.5x. Berarti hampir 31% lebih MURAH dari PER historisnya.

Lalu, dengan PER rata-rata industri saat ini ada di 13x, berarti PER MLBI saat ini 47% lebih MAHAL dari rata-rata industrinya.

  1. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 26x. Tapi, PBV MLBI saat ini ada di 23.5x. Berarti hampir 11% lebih MURAH dari PBV historisnya.

Meski demikian, dengan PBV rata-rata industri saat ini ada di 1.9x, berarti PBV MLBI saat ini 92% lebih MAHAL dari rata-rata industrinya.

Invest di saham MLBI?

Secara valuasi PER dan PBV, saham MLBI terlihat sedang murah bila dilihat dari rata-rata historisnya (paling tidak saat saya valuasi di pertengahan bulan Oktober 2022 ini). Tapi dari rata-rata industrinya, terlihat kalau saham MLBI sedang dijual mahal. Kenapa? Dengan ROE dan ROIC yang sangat tinggi, ini hal yang wajar.

Nah, seperti biasa, saya selalu mencoba untuk menggali informasi lebih dalam lagi saat saya melakukan Research, untuk melihat siapa tahu masih ada “harta karun tersembunyi” di tiap perusahaan yang saya analisa.

Dan untuk ini, ada beberapa hal di bawah yang saya dapat:

  1. Total assets (aset total) MLBI ada di IDR 2.8 Triliun, dan kapitalisasi pasar MLBI, saat thesis ini ditulis, ada di IDR 19.8 Triliun. Itu setara dengan 14% dari kapitalisasi pasarnya.
  1. Cash/Equivalents (uang kas/setaranya) + 50% dari Inventories (persediaan) + Fixed Assets (aset tetap) MLBI ada di IDR 2 Triliun. Itu berarti 10% dari kapitalisasi pasarnya.
  1. Secara Enterprise Value (EV, nilai perusahaan secara nyata, dibandingkan dengan kapitalisasi pasarnya saja. Rumusnya: kapitalisasi pasar + hutang bersih (total liabilitas – uang kas) + saham preferen dalam rupiah + kepemilikan minoritas dalam rupiah), MLBI bernilai di IDR 21.3 Triliun. Itu setara dengan IDR 10,115 / lembar sahamnya, atau 7% lebih MURAH dari harga sahamnya sekarang.

Nah, “harta karun”nya tidak banyak yang menarik. Hanya EV-nya saja yang menarik. Yang menunjukkan kalau kalau harga saham MLBI sedang murah. Lalu, analisa DCF untuk saham ini bagaimana?

Research – Valuasi DCF

Ini hasil analisa DCF (Discounted Cash Flow) untuk saham ini:

Hasil valuasi DCF untuk saham MLBI
Gambar 8. Hasil valuasi DCF untuk saham MLBI
  1. Kami menggunakan nilai performa bisnis aktual (yang sudah terjadi) untuk tahun 2017 – 2021 dan nilai ekspektasi performa bisnis untuk tahun 2022 – 2027.
  2. Untuk FCF/Net Profit – Expected, kami pakai 100%. Yaitu, angka FCF/Net Profit rata-rata dari tahun 2014 – 3Q2022 yang kami diskon untuk lebih konservatif.
  3. Untuk discount factor (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai FCF yang kita ekspektasikan/prediksikan untuk masa depan kalau nilai itu kita tarik ke hari ini), saya pakai 7.5%. Itu saya pakai angka Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun dan saya tambah 0.5% untuk lebih konservatif.
  4. Untuk perpetual growth (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai pertumbuhan perusahaan selama-lamanya), saya pakai 2.5% saja. Angka yang lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama sepuluh tahun terakhir, atau sekitar 5.7%.

Intinya, dengan amat sangat saya permudah (oversimplify), adalah nilai kumulatif FCF milik MLBI dari akhir 2022 (awal prediksi dimulai) sampai selamanya, kalau kita tarik ke hari ini akan bernilai sebesar IDR 16.5 Triliun. Selamanya itu sampai kapan? Entah. Bisa 10 tahun, 20 tahun, atau bahkan 30 tahun ke depan.

Nilai IDR 16.5 Triliun itu, kalau kita bagi dengan jumlah saham MLBI yang beredar saat ini di 2.1 miliar lembar, akan memberikan kita nilai intrinsik per lembarnya di IDR 7,857.

Saat research atas saham ini dilakukan di Oktober 2022, harga per lembar saham MLBI adalah IDR 9,425, atau hamper 20% lebih MAHAL dari nilai intrinsiknya.

Lalu, kesimpulannya?

Kesimpulan

Oke, invest di MLBI, kah, kita?

Kalau menurut saya, bisnis MLBI pasti akan berkembang terus. Saat ini, industri bir di Indonesia senilai USD 1 Miliar kurang lebih. Atau IDR 14.5 Triliun dengan kurs USD/IDR 14,500. Industri ini diharapkan akan bisa berkembang sekitar 3.7% per tahun untuk 5 tahun ke depan. Bila kita lihat dari angka konsumsi alkohol per kapita Indonesia yang paling rendah di Asia Tenggara, di 0.6 liter per tahun, memang sepertinya itu sesuatu yang punya potensi pertumbuhan yang luar biasa. Hanya saja, fakta bahwa mayoritas Muslim tidak minum alkohol, itu sesuatu yang tidak bisa dibantah.

Tapi, bila kita lihat angka konsumsi alkohol per kapita di Malaysia, dan bahkan Brunei(!), lebih tinggi dari Indonesia, masing-masing 1.7 dan 0.8 liter per tahun, itu bisa menjadikan potensi pertumbuhan bagi industri bir di Indonesia. Karena dengan populasi non-Muslim sebanyak 13% dari 270 juta orang, atau 35.1 juta orang, itu jauh lebih banyak dari total populasi Malaysia!

Sekarang bila kita lihat saham MLBI dari valuasi PER dan PBV secara historis, saham ini cukup murah. Tapi kalau kita lihat dari sisi rata-rata industrinya dan valuasi DCF, harga saham ini sedang cukup mahal. Jadi bagaimana?

Menurut saya, beli saham MLBI saat harganya sedang turun dan tahan untuk jangka panjang, 5 – 10 tahun kedepan. Mungkin bila harganya Kembali turun ke bawah IDR 9,000 per lembar, saham ini akan menjadi cukup menarik untuk dibeli.

Oke! Untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai saham MLBI ini. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan tulis komentar di bawah atau silahkan hubungi saya di sini.

Juga, kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini. Bila ada yang menarik dan kalian klik, saya berterima-kasih sebelumnya.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini dan/atau kunjungi laman Karyakarsa saya untuk kasih tip/beli thesis investasi (analisa investasi secara detil) yang saya buat disana…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Kasih tip / beli thesis investasi buatan Stoxets.com

Kunjungi laman Karyakarsa Stoxets.com

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)