Cara Mengetahui Harga Wajar Saham

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com ini. Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya ini. Pada post kali ini saya tujukan bagi kalian yang masih tergolong baru dalam berinvestasi di pasar saham karena saya ingin sedikit membahas mengenai cara mengetahui harga wajar saham di tahun 2021 ini. Post ini nantinya akan saya jadikan bagian dari suatu seri berinvestasi saham bagi yang masih tergolong pemula.

Seri tersebut akan saya peruntukan khusus bagi investor saham saja. Bagi yang lebih mau belajar trading, post dan seri ini tidak akan cocok. Apa bedanya trading dan investing? Bisa cek di post saya di sini.

Lalu, maksud “tergolong pemula” di sini adalah yang baru memiliki sekitar 1 – 2 tahun pengalaman di pasar saham, minimal sudah paham istilah-istilah, dan rasio-rasio, dasar dalam laporan keuangan. Kalau kamu benar-benar “buta” sama sekali (tidak tahu apa – apa soal saham dan istilah-istilah dalam laporan keuangan), mungkin baiknya kamu belajar mulai dari sini dulu atau dari sumber-sumber lain, karena akan lebih susah bagi kamu untuk mengerti apa yang dibahas di post ini kalau tidak.

Nah, dalam post kali ini, saya akan membahas cara mengetahui harga wajar saham di tahun 2021, menggunakan metode value investing dari Lo Kheng Hong, Peter Lynch, dan Warren Buffett. Nanti akan saya jelaskan metode – metode mereka yang saya maksud. Saya juga menggunakan metode analisa value investing saya sendiri, yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest).

Tetapi, sebelum kita lanjut, saya mau mengulang apa yang saya sudah bilang dari awal saya memulai blog ini mengenai cara saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5. Jangan bingung, ya.

Proses Screening dan Review Dalam Metode SRRI

Sebelum kita lanjut, sebenarnya cara mengetahui harga wajar saham ini sudah beberapa kali saya bahas di beberapa posts saya yang lain. Tetapi mungkin memang baru kali ini saya coba satukan ke dalam satu post. Saya akan berusaha membuat post ini mudah dimengerti dan cukup jelas.

Tetapi, mungkin saya tidak akan menjelaskan semua ini sampai terlalu detail, karena post ini bisa jadi terlalu panjang nantinya.

Mari kita mulai:

  1. Kunjungi situs BEI (Bursa Efek Indonesia), klik Data Pasar, dan klik Statistik
Gambar laporan statistik di situs BEI. Dalam cara mengetahui harga wajar saham, langkah ini penting
Gambar 1. Laporan Statistik di situs BEI
  1. Di tab Harian, lihat rasio-rasio Average PER dan Average PBV. Ini adalah PER dan PBV rata-rata seluruh saham yang ada di BEI untuk tanggal buka bursa terakhir. Di contoh di bawah, PER rata-rata adalah 12.4x dan PBV rata-rata di 2.4x.
Gambar tampilan halaman rangkuman data statistik dari tanggal buka bursa terakhir. Dalam cara mengetahui harga wajar saham, informasi ini penting
Gambar 2. Tampilan rangkuman data statistik dari tanggal buka bursa terakhir
  1. Gunakan fitur stock screener di aplikasi/situs broker yang kalian pakai. Saya pribadi memakai dua, yaitu IndoPremier dan Stockbit + Sinarmas Sekuritas. Kalian bisa pakai apapun yang ada fitur stock screener-nya.
Gambar fitur stock screener di situs/aplikasi pialang saham IndoPremier. Dalam cara mengetahui harga wajar saham, langkah ini penting
Gambar 3. Fitur stock screener di situs/aplikasi pialang saham IndoPremier
Gambar fitur stock screener di situs/aplikasi Stockbit. Dalam cara mengetahui harga wajar saham, langkah ini penting
Gambar 4. Fitur stock screener di situs/aplikasi Stockbit
  1. Nah, sekarang kalian masukan saja angka rata-rata PER dan PBV yang di atas tadi ke dalam salah satu stock screener tersebut. Bila kita mencari perusahaan yang saat ini dijual “murah”, kita tinggal mencari yang saat ini sedang dijual di bawah rata-ratanya saja. Yaitu di bawah rata-rata PER dan PBV BEI. Simpel, kan?
Gambar ada 196 perusahaan yang sedang dijual murah di BEI saat post ini ditulis
Gambar 5. Ada 196 perusahaan yang sedang dijual murah di BEI saat post ini ditulis

Tapi pertanyaan selanjutnya adalah, kok mereka bisa dijual murah? Murah karena memang murahan, kah? Atau adakah di dalam daftar tersebut yang sebenarnya perusahaan bagus tapi ada faktor-faktor lain yang menyebabkan harga sahamnya terdiskon, jadinya sekarang sedang murah?

Pastinya yang kita cari adalah perusahaan bagus yang harga sahamnya sedang terdiskon karena suatu sebab (mungkin karena pandemi?). Karena mereka sedang murah, kita mau tahu berapa harga wajar saham tersebut, kan?

Nah, supaya kita tahu cara mengetahui harga wajar saham tersebut, kita bisa menggunakan metode-metode di bawah ini. (Paling tidak saya memakai cara-cara ini).

Cara Mengetahui Harga Wajar Saham – Metode Lo Kheng Hong

Selain dari PER dan PBV yang rendah, pak Lo Kheng Hong (LKH) juga sering menggunakan rasio-rasio lain supaya tahu kualitas bisnis perusahaan tersebut. Biasanya pak LKH mencari perusahaan yang memiliki hal-hal berikut yang sudah pernah saya sebutkan di sini, tapi intinya:

  • Selain PER dan PBV di bawah rata-rata, pak LKH juga mencari yang memiliki ROE (return on equity, laba dibanding ekuitas) tinggi. Untuk ROE paling tidak di atas 15% (3x dari bunga deposito, kalau ROE kecil mending kita taruh uang di deposito saja).
  • Lalu beliau juga mencari yang memiliki DER (debt equity ratio, hutang dibanding ekuitas) kecil. Kurang dari 1x kalau bisa.

Nah, untuk Screening, kita cukup pakai rasio-rasio di atas saja (PER, PBV, ROE dan DER). Itu angka-angka, atau rasio-rasio, yang pak LKH anggap penting saat “menyaring” awal saham-saham yang terdiskon.

Cara menentukan kualitas perusahaan bagus ala pak LKH

Berikutnya saat kita melakukan Review dan Research (dalam metode SRRI saya) dengan membuka laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan untuk beberapa tahun ke belakang, pak LKH mencari hal-hal demikian juga:

  • NPM (net profit margin, laba bersih) yang tinggi. Di kisaran 15 – 20% kalau bisa. Tapi untuk NPM sebenarnya tergantung dengan industrinya, kalau industri yang kompetitif, boleh lebih kecil dari itu.
  • Laba bersih setahun (“net profit for the year”) yang tumbuh terus setiap tahunnya, kalau bisa. Naik turunnya laba setiap tahun itu hal yang wajar, asalkan tren jangka panjang (5 – 10 tahun ke belakang) adalah naik.
  • Beliau juga mencari perusahaan yang memiliki pedoman Good Corporate Governance (“Tata Kelola Perusahaan Yang Baik”) dan manajemennya tidak ada yang pernah kena kasus. (“Tapi pak LKH memiliki saham Gajah Tunggal (GJTL), yang salah satu pemegang sahamnya korupsi!” – dalam kasus ini, pemegang saham ≠ manajemen perusahaan, jadi tidak ada hubungannya dengan GJTL).
  • Lihat prospek kinerjanya untuk 5 atau 10 tahun ke depan. Caranya? Lihat rekam jejak bisnisnya dalam 5 atau 10 tahun ke belakang.
  • Lihat aset-asetnya banyak atau tidak. Pastikan lebih banyak aset daripada hutang. (Berhubungan dengan aset, akan kita bahas lagi di bawah).

Sudah! Itu saja yang paling penting bagi pak LKH. Lalu bagaimana cara mengetahui harga wajar sahamnya? Tadi kita sudah lihat, kan, rata-rata PER dan PBV di BEI berapa? Lalu kita juga sudah menemukan perusahaan bagus, dengan kriteria-kriteria di atas, yang dijual di bawah rata-rata valuasi PER dan PBV BEI, kan? Nah, sisanya kita tinggal tunggu saja sampai PER dan PBVnya naik mendekati, atau mencapai, rata-rata BEI.

Intinya cara pak LKH berinvestasi, dan berhasil “mencetak” uang triliunan Rupiah, yaitu dengan mencari perusahaan bagus yang sedang terdiskon dan menunggu sampai harganya mencapai harga wajarnya.

Cara Mengetahui Harga Wajar Saham – Metode Peter Lynch

Oke, tadi cara pak Lo Kheng Hong. Lalu bagaimana dengan Peter Lynch? Investor legendaris yang mengurus sebuah reksa dana besar di Amerika dengan rekor pertumbuhan 600% dalam 13 tahun! (29.2% per tahun setelah dipotong biaya-biaya dan pajak). Itu adalah rekor pertumbuhan reksa dana terbaik di dunia saat itu.

Cara Peter Lynch menentukan harga wajar saham itu berbeda-beda, tergantung jenis perusahaan yang sedang beliau valuasi. (Jenis-jenis perusahaan menurut beliau sudah saya bahas dalam post mengenai review saya atas buku ‘One Up on Wall Street’ beliau di sini).

Asset play

Karena beliau memiliki cara mengetahui harga wajar saham yang berbeda-beda, sekarang saya hanya akan membahas satu metode yang beliau pakai saja. Yaitu “asset play” (“’permainan’ aset”).

Maksudnya adalah perusahaan yang sedang kita valuasi memiliki aset yang banyak, yang tertera atau tidak tertera, di dalam laporan keuangan (LK) atau laporan tahunannya. Lansung ke contoh nyata di bawah ini saja, ya (ingat, ini bukan rekomendasi dalam melakukan apapun, ya. Baca disclaimer blog ini):

Di awal tahun 2021 (berdasarkan data LK kuartal 3 tahun 2020), PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) memiliki beberapa aset-aset yang bisa di”cairkan” menjadi uang tunai seperti demikian:

  • Uang tunai = IDR 10 Triliun
  • Investasi lancar (bisa cair dalam kurang dari setahun) = IDR 2.9 Triliun
  • Investasi tidak lancar (bisa cair dalam waktu lebih dari setahun) = Rp 1.6 Triliun
  • Investasi saham = IDR 7 Triliun
  • Tanah = IDR 12 Triliun
  • Aset tetap (kendaraan, peralatan kantor, mesin, dll) = IDR 600 Miliar
  • Properti = IDR 8 Triliun

Total aset-aset diatas adalah IDR 43 Triliun. Jumlah saham beredar BSDE adalah 19.2 Miliar lembar. Bila kita bagi, IDR 43 Triliun / 19.2 Miliar lembar, kita mendapat nilai aset per lembar saham BSDE sebesar IDR 2,270.

Harga saham BSDE saat post ini ditulis? IDR 990 per lembar. Jadi harga saham BSDE itu 129% lebih murah dari harga wajarnya! Itu baru dari beberapa aset-asetnya saja, belum lagi dengan kemampuannya dalam “mencetak” laba dan uang tunai.

Umpama ada yang jual gedung seharga IDR 19 Miliar (IDR 19 Triliun, kapitalisasi pasar BSDE saat itu), tapi di dalamnya ada tumpukan batangan emas senilai IDR 43 Miliar (IDR 43 Triliun nilai sebagian aset BSDE saat itu). Masuk akal, kah? Dan ini belum termasuk uang yang kita dapat bila gedungnya kita sewakan.

Itu lah metode asset play. Selain Peter Lynch, pak LKH juga sering menggunakan metode ini.

Cara Mengetahui Harga Wajar Saham – Metode Warren Buffett

Terakhir, kita akan membahas cara mengetahui harga wajar saham dengan metode Warren Buffett. Yaitu dengan metode Discounted Cash Flow (DCF), yang pernah saya bahas secara detail, langkah demi langkah, di sini. Untuk sekarang saya hanya akan menjelaskan secara konsepnya saja.

Sedikit intermezzo, Warren Buffett dulu lebih sering memakai metode seperti pak LKH. Yaitu, cari bisnis bagus dan murah, begitu naik, “sedikit” atau banyak, langsung jual. Tapi saat Warren berjumpa dengan rekan bisnisnya selama 60 tahun, untuk pertama kalinya, yaitu Charlie Munger, dia terinspirasi dari Charlie untuk membeli bisnis bagus untuk dimiliki, kalau bisa, selamanya.

Bagaimana menentukan bisnis suatu perusahaan bagus atau tidak? Yaitu dengan melihat kemampuan bisnis tersebut dalam mencetak uang tunai (“free cash flow”, atau FCF, adalah sisa dari uang kas bersih dari aktifitas operasi perusahaan (Net Cash from Operating Activities) dikurangi belanja modal untuk pembelian/perolehan aset tetap (CAPEX, capital expenditures)).

Perusahaan bisa saja memiliki pendapatan dan laba yang besar, tapi itu hanya keuntungan di atas kertas, dalam suatu Laporan Laba Rugi saja. Kita harus cek Laporan Arus Kasnya untuk melihat apakah perusahaan ini mampu menghasilkan uang kas yang banyak. Karena uang kas ini bisa dipakai untuk menambah modal dan memberikan dividen ke pemegang saham.

Konsep Discounted Cash Flow

Intinya, DCF adalah metode valuasi saham fundamental dimana kita menggunakan performa angka kumulatif FCF perusahaan beberapa tahun ke belakang untuk kita proyeksikan performa FCF-nya beberapa tahun kemudian sampai selamanya. Lalu angka FCF beberapa tahun kedepan sampai selamanya ini kita tarik ke masa sekarang dan kita tentukan nilai sekarangnya.

Sedikit ilustrasi, nih:

  • Saya hari ini dikasih orang tua saya IDR 10,000, kalau saya taruh di bank dengan bunga 5% setahun, tahun depan uang saya berarti nilainya IDR 10,500, kan?
  • Nah, misal, orangtua saya kasih IDR 10,000 tadi baru tahun depan, berarti, secara konsep, nilai hari ini dari IDR 10,000 yang baru akan dikasih tahun depan itu sama saja dengan berapa?
  • Jawabannya IDR 9,500, karena yang harusnya saya bisa dapat 5% dari bunga bank, jadi tidak bisa dan secara konsep nilainya berkurang 5%.

Konsep itu namanya time value of money (nilai waktu dari uang). Memang ini contoh yang saya permudah untuk dimengerti.

Ini adalah satu contoh yang saya ambil dari post saya beberapa minggu lalu saat saya menganalisa PT Global Mediacom Tbk. (BMTR). Saat itu berdasarkan angka-angka FCF dari 2017 – 2020, angka kumulatif FCF BMTR untuk tahun 2021 sampai selamanya, dan kita tarik ke hari ini bernilai sebesar IDR 38.1 Triliun.

Selamanya itu sampai kapan? Entah. Bisa 10 tahun, 20 tahun, atau bahkan 30 tahun ke depan. Nilai IDR 38.1 Triliun itu, kalau kita bagi dengan jumlah saham BMTR yang beredar saat ini di 15.3 Miliar lembar, akan memberikan kita nilai intrinsik, atau harga wajar, per lembarnya di IDR 2,487/lembar.

Saat post saya ditulis di bulan Juni 2021, nilai per lembar BMTR adalah IDR 292 / lembar. Berarti, harga saham BMTR saat itu 751.7% lebih murah dari harga wajarnya! Murah, kan?

Nah, itulah cara Warren Buffett mengetahui harga wajar suatu saham.

Kesimpulan

Oke, sebenarnya semua cara mengetahui harga wajar saham di atas itu simpel. Tapi kenapa tidak semua orang melakukan cara-cara di atas??

Jawabannya karena kita harus menunggu lama. Seperti saya sebutkan, “selamanya itu sampai kapan?” 10 tahun, 20 tahun? Di situ susahnya. Kesabaran kita diuji.

Jeff Bezos pernah bertanya ke Warren Buffett: “Warren, kamu orang terkaya kedua di dunia, metode investasimu sangat simpel, kenapa tidak semua orang meniru caramu?” Warren Buffett menjawab:

“Karena tidak ada yang mau menjadi kaya secara perlahan-lahan”

Warren Buffett
Gambar pertumbuhan kekayaan Warren Buffett dari tahun ke tahun (Sumber)
Gambar 5. Pertumbuhan kekayaan Warren Buffett dari tahun ke tahun (Sumber)

Di usia 30 tahun Warren memiliki USD 1 Juta pertamanya. Tapi dia membutuhkan sekitar 20 tahun(!) untuk menumbuhkan USD 1 juta itu menjadi USD 100 juta. Dan baru di usia 56 tahun beliau memiliki USD 1 Miliar pertamanya, 35 tahun setelah Warren mulai menjadi investor professional!

Di post saya mengenai pak LKH, saya sebutkan bahwa baru setelah berinvestasi, investasi ya, bukan trading, di pasar saham selama 7 tahun beliau memiliki uang yang cukup untuk menjadi investor profesional (full time investor). Beliau membutuhkan waktu selama 6 tahun berinvestasi di saham UNTR untuk “mengubah” IDR 1.5 Miliar menjadi IDR 88.5 Miliar. Dan beliau bahkan menahan saham BUMI selama 5 tahun untuk bisa untung 9x di saham perusahaan tersebut!

Peter Lynch pernah bilang “perut adalah organ paling penting dalam berinvestasi di pasar saham, bukan otak”. Kalau saham turun lalu kita langsung sakit perut, artinya kita tidak cocok berinvestasi di pasar saham.

Jadi bukannya “apakah kita bisa menjadi sekaya pak Lo Kheng Hong?”, tapi…

“apakah kita mau menunggu selama itu untuk menjadi sekaya pak Lo Kheng Hong?” Itu yang harus bisa kita jawab.

Oke! Mungkin kali ini sampai sini saja pembahasan kita. Bila ada pertanyaan, silahkan tulis komentar di bawah atau silahkan hubungi saya. Kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini. Terima kasih!

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

8 thoughts on “Cara Mengetahui Harga Wajar Saham”

    1. Halo Aya,
      Terima kasih sudah berkunjung ke Stoxets.com ya!

      Saya kurang tertarik dengan BRPT, sekilas saya lihat PERnya terlalu tinggi. DER tinggi, ROE kecil.
      Tapi PTBA sepertinya menarik. DER sangat rendah, ROE sangat tinggi.

      Terima kasih! Sering-sering mampir ke blog Stoxets.com ya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)