MNCN: Analisa Fundamental Media Nusantara Citra

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com. Selamat Tahun Baru 2022! Semoga di tahun yang baru ini, bagi yang sudah hijau, portfolio kita semakin hijau, dan bagi yang masih merah, portfolionya segera menjadi hijau! Aamiiin. Kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham MNCN (PT Media Nusantara Citra Tbk.), salah satu perusahaan media televisi terbesar di Indonesia. RCTI, salah satu stasiun televisi milik MNCN merupakan stasiun televisi dengan jumlah penonton terbanyak di Indonesia malah.

MNCN adalah anak usaha dari BMTR (Global Mediacom Tbk.), atau MNC Media, yang merupakan salah satu “koleksi” saham pak Lo Kheng Hong, seorang investor legendaris Indonesia, perusahaan milik pak Hary Tanoesoedibjo (Hary Tanoe).

Nah, sebelum kita bahas saham MNCN lebih lanjut, saya sebutkan lagi kalau saya akan menganalisa saham ini menggunakan metode analisa value investing saya sendiri, yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest), dimana saya akan menggunakan metode valuasi standar, seperti PER dan PBV, dan metode valuasi yang lebih mendalam, seperti Discounted Cash Flow (DCF).

Lalu saya juga mau menyebutkan bahwa analisa saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila belum pernah, silahkan baca disclaimer blog ini di sini.

Terakhir, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5 dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR; bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Sekarang, mari kita analisa saham ini!

Analisa saham MNCN

PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) adalah perusahaan media yang memiliki dan mengoperasikan empat stasiun televisi FTA (free-to-air, atau “tidak berbayar”), yaitu: RCTI, MNCTV, GTV, dan iNews.

Perusahaan ini diawali dari berdirinya RCTI di tahun 1987, sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. MNCTV (awalnya bernama TPI, Televisi Pendidikan Indonesia) berdiri di tahun 1990, yang mayoritas sahamnya diakuisisi MNCN di tahun 2006. MNCN sendiri berdiri di tahun 1997 sebagai perusahaan holding untuk konten media dan iklan. Di tahun 2001, MNCN mengakuisisi 70% saham GlobalTV (yang diganti nama menjadi GTV). iNews diluncurkan di tahun 2014 dengan nama awal SINDO TV. MNCN resmi menjadi perusahaan publik di tahun 2007.

Gambar poster acara MasterChef Indonesia Season 8 yang ditayangkan di RCTI (stasiun televisi milik MNCN).
Gambar 1. Poster acara MasterChef Indonesia Season 8 yang ditayangkan di RCTI (stasiun televisi milik MNCN) (Sumber)

Secara industri, MNCN masuk ke media & entertainment. Secara kepemilikan, berdasarkan Laporan Tahunan 2020, saham MNCN dibagi seperti berikut: 52.66% dimiliki oleh BMTR, 0.05% oleh pak Hary Tanoe, 0.02% oleh Ella Kartika (Direktur di MNCN dan Presiden Direktur di PT MNC Studios International Tbk, anak usaha MNCN), dan 47.27% oleh masyarakat.

Oke, bagaimana dengan komposisi bisnis-bisnis mereka? Mari kita lihat.

Bisnis MNCN

Kalau dari segi pendapatan, dari Laporan Tahunan 2020 (karena yang tahun 2021 belum ada yang untuk setahun penuh) sebenarnya bisnis-bisnis MNCN mencetak uang dari tiga sumber:

  • Iklan (non-digital dan digital)

MNCN menghasilkan IDR 7.48 Triliun, atau sekitar 94.12% total pendapatan mereka di tahun 2020 dari sini.

  • Konten

IDR 1.3 Triliun, sekitar 16.35% dari total pendapatan, didapatkan MNCN dari lini bisnis ini.

  • Usaha lainnya (talent management, situs berita, dll)

Dari lini bisnis ini, IDR 81 Miliar, sekitar 1% dari total pendapatan, dihasilkan oleh MNCN.

Nah, sekarang mari kita bahas hasil dari tahap Research untuk MNCN di bawah ini.

Research – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan laporan tahunan MNCN dari 2011 – 2021 (yang saya setahunkan). Berikut performa bisnis mereka sekitar 10  tahun ke belakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 5.11% per tahun.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: 13.23% per tahun. Secara median, angka ini ada di 5.7%.
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 24.36% per tahun! Tinggi sekali ini!
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif dengan rata-rata IDR 706 Miliar per tahun. Total FCF selama 10 tahun terakhir di IDR 7.7 Triliun.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata: 0.57x. Angka yang bagus.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: stabil dengan rata-rata 0.42x per tahun. Sangat sehat.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 17.13% per tahun. Bagus!
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: 0.38x per tahun! Sangat sehat.
  9. Current ratio (rasio aset lancar dibanding kewajiban lancar) rata-rata: 4.7x! Sangat likuid!

  10. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 15.04x. Saat saya melakukan Research ini di bulan Januari 2022, PER MNCN ada di 6.4x. 135% lebih rendah dari PER historisnya!

Saat itu PER rata-rata industrinya ada di 21x, jadi PER MNCN 227% lebih rendah dari PER industrinya.

  1. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 2.7x. PBV mereka saat post ini saya tulis ada di 0.8x. 235% lebih rendah dari PBV rata-rata historisnya!

    PBV rata-rata industrinya ada di 3.9x. 383% lebih rendah dari PBV rata-rata industrinya! Menarik!

Invest di saham MNCN?

Secara valuasi PER dan PBV, MNCN amat sangat menarik. Secara performa bisnis juga bagus, NPM dan ROE yang tinggi dan DER yang rendah menunjukan manajemen yang kompeten dan juga MNCN sebagai perusahaan yang menguasai industrinya.

Seperti biasa, saya selalu mencoba untuk menggali informasi lebih dalam lagi saat saya melakukan Research, untuk melihat siapa tahu masih ada “harta karun tersembunyi” di tiap perusahaan yang saya analisa.

Dan untuk MNCN, hal-hal ini yang saya dapat:

  1. Saat post ini ditulis, total kapitalisasi pasar MNCN ada di IDR 13.5 Triliun. Total aset mereka saat ini ada di IDR 20.1 Triliun. Hampir 1.5x lebih besar dari kapitalisasi pasarnya. Masuk akal, kah??
  2. Aset lancar MNCN ada di IDR 8.6 Triliun. Sekitar 64% dari kapitalisasi pasarnya.
  3. Return on Assets (perbandingan laba dengan aset total) mereka rata-rata di 12.6%. Cukup bagus.
  4. Proyeksi PEG Ratio (rasio perbandingan PER dengan pertumbuhan laba) MNCN untuk tahun 2021 ada di 0.5x!

Saya sering tulis kalau Peter Lynch, seorang investor legendaris dunia, dalam bukunya yang berjudul ‘One Up on Wall Street’ bilang kalau PER di bawah dari angka pertumbuhan laba perusahaan (rasio PEG di bawah 1x), kemungkinan itu perusahaan yang sedang bertumbuh dan murah. Menarik, nih!

Sekarang, mari lihat analisa DCF untuk saham ini.

Research – Valuasi DCF

Ini hasil analisa DCF (Discounted Cash Flow) untuk saham ini:

Gambar hasil valuasi DCF untuk saham MNCN. Harga wajar saham ini di IDR 1,162 per lembar. 29% lebih murah dari harga saat post ini ditulis di IDR 900 per lembar. Dikurangi hutang, memberikan fair value di IDR 938 per lembar, hanya ada 4.2% margin of safety. Kurang menarik.
Gambar 2. Hasil valuasi DCF untuk saham MNCN
  1. Saya menggunakan nilai performa bisnis aktual (yang sudah terjadi) untuk tahun 2017 – 2020 dan nilai ekspektasi performa bisnis untuk tahun 2021 – 2023.
  2. Untuk FCF/Net Profit – Expected, saya pakai 42.94%. Yaitu, angka FCF/Net Profit rata-rata selama 11 tahun kebelakang, dari tahun 2011 – 2021.
  3. Untuk discount factor (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai FCF yang kita ekspektasikan/prediksikan untuk masa depan kalau nilai itu kita tarik ke hari ini), saya pakai 7.5%. Itu saya pakai angka Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun dan saya tambah 0.5%.
  4. Untuk perpetual growth (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai pertumbuhan FCF perusahaan selama-lamanya), saya pakai 2.5%.

Intinya, dengan amat sangat saya permudah (oversimplify), adalah nilai kumulatif FCF milik MNCN dari akhir 2021 (awal prediksi dimulai) sampai selamanya, kalau kita tarik ke hari ini akan bernilai sebesar IDR 17.49 Triliun. Selamanya itu sampai kapan? Entah. Bisa 10 tahun, 20 tahun, atau bahkan 30 tahun ke depan.

Nilai IDR 17.49 Triliun itu, kalau kita bagi dengan jumlah saham MNCN yang beredar saat ini di 15 miliar lembar, akan memberikan kita nilai intrinsik per lembarnya di IDR 1,162.

Saat research atas saham ini saya lakukan di bulan Januari 2021, harga per lembar saham MNCN adalah IDR 900. 29% lebih murah dari nilai intrinsiknya.

Kalau dikurangi hutang-hurangnya bagaimana? Nilai intrinsik per lembar MNCN ada di IDR 1,480, atau 4.2% lebih murah dari nilai intrinsiknya. Kecil margin of safety-nya. Kurang menarik.

Kesimpulan

Oke, invest di MNCN, kah, kita?

Saham MNCN ini cukup menarik sebenarnya. Secara “nilai wajar” / “value”, saham ini sedikit under value / di bawah nilai wajarnya. Kenapa? Seperti yang saya bilang di atas:

  1. Secara valuasi PER dan PBV, MNCN di bawah rata-rata historis dan industrinya.
  2. Total aset mereka 1.5x lebih besar dari kapitalisasi pasarnya.
  3. Secara valuasi DCF juga 29% lebih kecil dari nilai wajarnya.

Saya suka, sih, dengan saham ini. Banyak yang menarik dari saham soalnya. Beli, kah? Mungkin saja (…seperti biasa…kalau ada dananya…hehehe), tapi ada dua hal yang mau saya lihat dulu:

  • Laporan Tahunan 2021 yang sudah setahun penuh, dan mudah-mudahan harga sahamnya bisa jauh lebih rendah dari IDR 900 per lembar nanti.
  • Lalu, saya juga mau melakukan analisa fundamental salah satu saingan terbesar dari MNCN terlebih dahulu, yaitu SCMA (Surya Citra Media Tbk., pemilik SCTV & Indosiar). (Update: bisa dibaca di sini untuk analisa fundamental SCMA. Mana yang lebih bagus??)

Oke! Untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai MNCN. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan tulis komentar di bawah atau silahkan hubungi saya di sini.

Juga, kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini. Bila ada yang menarik dan kalian klik, saya berterima-kasih sebelumnya.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)