Apa itu Margin of Safety?

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com. Kali ini saya ingin membahas mengenai suatu konsep yang sangat penting dalam metode value investing, tepatnya dengan pendekatan analisa fundamental, yaitu konsep ”margin of safety”. Jadi saya ingin menjawab pertanyaan “apa itu margin of safety” melalui post ini.Dalam post ini saya membahas apa itu value investing beserta contoh-contohnya dan sedikit mengenai value investing vs growth investing.

Setelah setahun lebih sejak saya memulai blog Stoxets.com ini, blog yang fokus satu-satunya adalah value investing, saya baru sadar beberapa minggu lalu kalau saya belum pernah menulis post yang khusus membahas apa itu margin of safety. Meski saya sering menyinggungnya dalam beberapa posts yang sudah saya tulis.

Yah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kan? (Alasan…hehehe).

Intinya, post kali ini komplementer / saling melengkapi dengan beberapa posts lain yang membahas value investing, jadi isinya pasti akan saling bersinggungan dan tidak akan terlalu panjang. Apa saja yang pernah saya bahas untuk metode value investing? Saya pernah bahas apa itu value investing, lalu cara mengetahui harga wajar saham, analisa fundamental itu sendiri, dan juga analisa discounted cash flow (DCF).

Nah, sebelum kita mulai dengan menjawab “apa itu margin of safety?”, seperti biasa, saya mau bilang kalau tulisan ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila kalian belum pernah baca disclaimer blog ini, silahkan klik di sini.

Lalu, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5 dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR; bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Sekarang, mari kita bahas apa itu margin of safety?

Jadi, apa itu Margin of Safety?

Kalau kalian bertanya “sebenarnya apa itu margin of safety, sih?”. Sebenarnya simpel saja, saya akan jawab “dalam investasi saham, margin of safety adalah selisih antara harga jual suatu saham dengan nilai wajarnya”.

Jadi, kalau value investing itu saya artikan sebagai “investasi yang kita lakukan dengan membeli suatu aset (dalam hal ini: saham) di harga tertentu yang tidak mencerminkan nilai wajar dari aset tersebut. Karena demikian, menurut kita harga aset tersebut sedang ‘murah’ dan kita berharap harga aset tersebut akan naik sesuai dengan nilai wajarnya saat orang-orang lain sadar kalau harga tersebut murah”.

Nah, selisih “harga tertentu” dan “nilai wajar” dari aset tersebut. Itulah margin of safety.

(Kalau kalian bertanya lagi: “Loh? Mana ada orang jual aset/barang lebih murah dari nilai sesungguhnya??”. Ya, bisa saja, sering kok. Dan itu sudah pernah saya jawab disini.)

Contoh-contoh yang menjawab “apa itu margin of safety?”

Kalau kalian sudah memahami metode investasi nilai / value investing, dimana kita mencari saham yang sedang “salah harga”, atau sedang dijual “murah”, di bawah ini adalah contoh-contoh yang sering saya pakai untuk memudahkan kalian paham apa itu margin of safety:

BSDE (Bumi Serpong Damai Tbk.)

Saya pernah bahas soal BSDE beberapa kali di sini dan sini (ini bukan rekomendasi, ya. Baca disclaimer blog ini):

Di awal tahun 2021 (berdasarkan data LK kuartal 3 tahun 2020), BSDE memiliki beberapa aset-aset yang bisa di”cairkan” menjadi uang tunai seperti demikian:

  • Uang tunai = IDR 10 Triliun,
  • lalu, investasi lancar (bisa cair dalam kurang dari setahun) = IDR 2.9 Triliun,
  • juga, investasi tidak lancar (bisa cair dalam waktu lebih dari setahun) = Rp 1.6 Triliun,
  • dan, investasi saham = IDR 7 Triliun,
  • tanah = IDR 12 Triliun,
  • aset tetap (kendaraan, peralatan kantor, mesin, dll) = IDR 600 Miliar,
  • terakhir, properti = IDR 8 Triliun

Total aset-aset diatas adalah IDR 43 Triliun. Jumlah saham beredar BSDE adalah 19.2 Miliar lembar. Bila kita bagi, IDR 43 Triliun / 19.2 Miliar lembar, kita mendapat nilai aset per lembar saham BSDE sebesar IDR 2,270.

Harga saham BSDE saat post ini ditulis? IDR 910 per lembar. Jadi harga saham BSDE itu 149% lebih murah dari harga wajarnya! Nah, apa itu margin of safety? Selisih 149% dari harga saham BSDE saat itu dengan harga/nilai wajarnya itulah margin of safety-nya. Kita bisa menggunakan rasio-rasio apapun dalam metode value investing untuk mendapatkan angka margin of safety tersebut.

Pakai PER / PBV? Bisa pastinya. PBV BSDE saat saya menulis post ini ada di 0.56x, rata-rata industrinya ada di 1.43x. Berarti ada 155% margin of safety di sana!

ITMG (Indo Tambangraya Megah Tbk.)

Lalu, saya juga pernah bilang kalau ITMG adalah bagian portfolio terbesar saya. Salah satu alasan saya beli waktu itu karena harganya sedang “murah”. Murah dari mananya? (bukan rekomendasi, yaaa…):

ITMG memiliki cadangan batubara sebesar 311,200,000 juta ton, harga batubara saat post ini ditulis ada di USD 170 / ton, kalau dikalikan cadangan milik ITMG berarti senilai IDR 438 Triliun(!). Nah, kapitalisasi pasar ITMG saat ini di IDR 13.7 Triliun, berarti hampir 32x lebih besar dari kapitalisasi pasarnya!

Anggaplah ITMG, untuk alasan apapun, hanya bisa menjual ¼ dari cadangan batubara mereka. Itu 77.8 Juta ton. Harga rata-rata batubara untuk 10 tahun terakhir, anggaplah, di USD 100 / ton.

Gambar harga batubara dalam 10 tahun terakhir. Harga batubara yang naik sedangkan harga saham perusahaan batubara yang tetap sama bisa menjawab pertanyaan "apa itu margin of safety". Initinya adalah selisih antara harga saham saat ini dengan harga wajarnya.
Gambar 1. Harga batubara 10 tahun terakhir (Sumber)

Dalam Rupiah, 77.8 Juta ton batubara tersebut seharga IDR 109 Triliun (anggap kurs IDR 14,000 / USD). Kalau itu dibagi jumlah saham beredar ITMG di 1.1 Miliar lembar, berarti nilai cadangan batubara di tiap lembar saham ITMG sekitar IDR 96,400.

Harga per lembar saham ITMG saat post ini ditulis? IDR 20,675. Itu 466% lebih murah dari nilai wajarnya! Selisih 466% dari harga saham ITMG saat ini dengan harga/nilai wajarnya itulah margin of safety-nya.

Pertanyaan lanjutan kalian mungkin: “apakah mungkin harga ITMG akan naik ke IDR 96,400 / lembarnya?” Jawaban saya kemungkinkan tidak, saya tidak tahu. Tapi dengan margin of safety sebesar 466%, kalaupun harganya hanya naik ke IDR 50,000 seperti di tahun 2011 lalu, kita tetap untung 158% dari harga sahamnya yang sekarang.

Idealnya dalam menentukan margin of safety,kita mau yang cukup besar selisih harga jual sekarang dengan nilai wajarnya, jadi kalaupun kita salah kita tetap bisa untung besar.

GJTL (PT Gajah Tunggal Tbk.)

Saya sudah pernah bahas GJTL, yang merupakan bagian dari portfolio pak Lo Kheng Hong, di sini. Kalau mau tahu analisa/valuasi saya secara lebih detail bisa klik tautan tersebut. Tapi intinya adalah:

Total kapitalisasi pasar GJTL, saat post ini ditulis, ada di IDR 2.3 Triliun. Pendapatan mereka di akhir tahun 2020? IDR 13.4 Triliun! Hampir 6x lipat lebih besar dari harga seluruh perusahaannya! Tidak masuk akal, kan?

Lalu, total aset mereka saat itu ada di IDR 18.5 Triliun. Yaitu, 8x lebih besar dari harga seluruh perusahaannya. Masuk akal, kah?

Jangan lihat total keseluruhan aset GJTL, deh. Sebagian aset-asetnya saja seperti: uang kas, aset finansial, properti, dan aset tetap GJTL itu kalau dijumlah ada di IDR 10.5 Triliun, itu kalau dibagi dengan 3.48 Miliar lembar saham GJTL akan memberikan harga intrinsik (“harga wajar”) per lembarnya di IDR 3,038. Harga saat post ini saya tulis ada di IDR 665 / lembarnya, yang berarti 356% lebih murah dari harga saham GJTL saat ini!

Anggaplah, kita hitung harga properti dan aset tetap GJTL diskon 50%, jumlah dari uang kas + aset finansial + properti (diskon 50%) + aset tetap (diskon 50%), adalah IDR 6 Triliun. Kalau kita bagi dengan 3.48 Miliar lembar saham GJTL, kita dapat nilai sebagian aset-aset GJTL per lembarnya di IDR 1,736. Itu masih 161% lebih murah dari harga saat post ini saya tulis!

Margin of safety yang besar artinya ada “hidden value” (“nilai wajar tersembunyi) di saham tersebut.

BMTR (PT Global Mediacom Tbk.)

Contoh terakhir, saya juga sudah pernah bahas BMTR, yang juga merupakan bagian dari portfolio pak Lo Kheng Hong, di sini.

Saat post tersebut saya tulis, total kapitalisasi pasar BMTR ada di IDR 4.4 Triliun. Pendapatan mereka di akhir tahun 2020? IDR 12 Triliun! 2.7x lipat lebih besar! Tidak masuk akal, kan?

Total aset BMTR saat itu ada di IDR 32 Triliun. 7.2x lebih besar dari kapitalisasi pasar BMTR. Masuk akal, kah?

Bahkan kalau kita hanya hitung hanya dari uang kas dan aset tetap BMTR, di IDR 15 Triliun, lalu kita bagi dengan 15.3 Miliar lembar sahamnya, kita akan mendapatkan harga intrinsik per lembar saham BMTR di IDR 979. Harga saat post ini saya tulis ada di IDR 260 / lembarnya, yang berarti 276% lebih murah dari harga saham BMTR saat ini!

Anggaplah kita diskon nilai aset tetap BMTR sampai 66%, atau sepertiga dari nilai sebenarnya, jumlah dari uang kas + aset tetapnya (yang kita diskon sampai 66%) adalah IDR 5.6 Triliun. Yang berarti harga per lembar sahamnya ada di IDR 365, atau 40% lebih murah dari harga saat post itu saya tulis!

Apakah 40% merupakan margin of safety yang cukup? Menurut saya tergantung dari apakah BMTR adalah perusahaan yang performa bisnisnya bagus (pertumbuhan pendapatan dan laba bagaimana? ROE bagaimana? DER bagaimana? Free cash flow positif, kah? dll).

(Lagipula itu hanya sebagian dari aset-aset BMTR, kalau kita analisa nilai wajar BMTR dengan metode DCF, saat itu saya dapat margin of safety sebesar 751%, kok. Besar margin of safety-nya).

Penutup

Itulah sedikit dari apa yang ingin saya jawab dari pertanyaan apa itu margin of safety. Inti dari margin of safety adalah selisih dari harga jual suatu saham dengan nilai wajarnya (atau “value”). Kita bisa menganalisa margin of safety suatu saham dengan cara apa pun dalam metode value investing; PER dan PBV? Nilai aset “tersembunyi”? DCF? Bisa semua.

Semakin besar margin of safety-nya, semakin itu bisa “menjamin” kita untuk untung meskipun kita salah.

Seberapa “besar”, kah, yang bisa dibilang “besar”? Itu tergantung dari perusahaannya. Perusahaan bagus seperti ACES (PT Ace Hardware Indonesia Tbk.), ada margin of safety sebesar 20 – 30% saja sudah bagus. Tapi kalau BMTR (yang sering menjual saham baru, jadi mendilusi kepemilikan pemegang saham lama), 40% buat saya kurang.

Oke, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas untuk menjawab pertanyaan apa itu margin of safety.

Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri. Bila ada pertanyaan, silahkan hubungi saya di sini atau tinggalkan komentar di bawah. Kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau kalian lihat iklan menarik yang ada di blog ini dan kalian klik, saya berterima kasih sebelumnya. Itu akan membantu saya dalam terus menjalankan blog ini.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)