Saham DIVA: Analisa Fundamental Distribusi Voucher Nusantara

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com. Kali ini saya ingin membahas analisa fundamental saham DIVA (PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk.), sebuah perusahaan teknologi informasi Indonesia yang berfokus di bidang digitalisasi UMKM.

Sama seperti PALM (Provident Agro Tbk.), yang baru kita bahas di post sebelumnya, DIVA bukan merupakan bagian dari Seri Saham LQ45 blog ini dan saya membahas saham DIVA juga karena ada salah satu pembaca blog Stoxets.com yang menanyakan pendapat saya mengenai saham ini.

Beberapa saham LQ45 yang pernah saya analisa termasuk: ERAA (Erajaya Swasembada Tbk.), CTRA (Ciputra Development Tbk.), INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk.), INKP (Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.), UNTR (United Tractors Tbk.), CPIN (Charoen Pokphand Indonesia Tbk.), ANTM (Aneka Tambang Tbk.), ASII (Astra International Tbk.), UNVR (Unilever Indonesia Tbk.), dan lain lain bisa dibaca di sini.

Nah, sebelum kita bahas saham DIVA lebih lanjut, saya sebutkan lagi kalau saya akan menganalisa saham ini menggunakan metode analisa value investing saya sendiri, yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest), dimana saya akan menggunakan metode valuasi standar seperti PER dan PBV. Biasanya saya juga menggunakan valuasi Discounted Cash Flow (DCF), tetapi untuk saham DIVA ini saya tidak memakainya karena free cash flow DIVA yang negatif.

Lalu saya juga mau menyebutkan bahwa analisa saham ini bukan rekomendasi untuk melakukan apapun. Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila belum pernah, silahkan baca disclaimer blog ini di sini.

Terakhir, saya juga mau mengulang kalau saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5 dan untuk mata uang saya menggunakan USD / IDR; bukan “Dollar” atau “Rupiah”.

Sekarang, mari kita analisa saham DIVA!

Analisa saham DIVA

PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. (DIVA) merupakan perusahaan teknologi informasi Indonesia yang berfokus di bidang digitalisasi UMKM dengan menjual mesin-mesin POS (point of sales, mesin kasir merek “Pawoon”), EDC (electronic data capture, mesin pembaca kartu debit/kredit), dan lain lain. Secara industri, DIVA masuk ke software & IT services.

Perusahaan ini berdiri di tahun 2004, yang awalnya “hanya” menjual/mendistribusikan pulsa elektronik. Di tahun 2018, DIVA menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran saham perdana. Di tahun yang sama mereka juga mulai fokus di digitalisasi UMKM.

Secara kepemilikan, 32.13% saham DIVA dimiliki oleh PT Asuransi Jiwa Kresna, 21% dimiliki oleh PT 1 Inti Dot Com (perusahaan ini juga memiliki 18.1% saham PT M Cash Integrasi Tbk.), 10.30% oleh PT Soteria Wicaksana Investama, 5.09% oleh PT Sentra Wicaksana Anugerah, 8.17% oleh Martin Suharlie (Komisaris Utama dan Direktur Utama M Cash Integrasi), dan sisanya dimiliki oleh masyarakat.

Gambar mesin point of sale "pawoon". Salah satu produk anak usaha DIVA. DIVA mengakuisisi 30% saham start-up Pawoon di tahun 2019. Produk ini salah satu kontributor performa saham DIVA.
Gambar 1. Mesin POS “Pawoon”, milik anak usaha DIVA (Sumber)

Research – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan laporan tahunan DIVA dari 2015 – Kuartal 2 tahun 2021. Berikut performa bisnis mereka selama hampir 8 tahun kebelakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 73.3% per tahun. Fantastis! Tapi ini dikarenakan ada beberapa kali lonjakan kenaikan pendapatan yang tinggi, untuk angka mediannya di 46% (tetap bagus).
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: 294% per tahun. Untuk angka mediannya di 184% per tahun. Fantastis!
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 2.55% per tahun. Marjin tipis artinya industri yang ketat persaingan.
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif negatif di IDR -292.8 Miliar dengan rata-rata IDR -41.8 Miliar per tahun. Uang kas DIVA selalu minus, meski di tahun 2021 ini FCF DIVA mulai menunjukan angka positif.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) rata-rata di -0.16x! Artinya memang belanja aset selalu kecil, tapi uang tunai dari aktifitas operasi selalu minus.
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: 0.98x per tahun.
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 18.27% per tahun. Angka yang bagus.
  8. Debt equity ratio(ratio hutang dibanding modal) rata-rata: tinggi di 1.78x per tahun. Tinggi sekali.
  1. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 36.9x. Saat saya melakukan Research ini di bulan November 2021, PER saham DIVA ada di 5.4x. 583% lebih murah dari harga rata-ratanya!

    Lalu, saat itu saya lihat PER rata-rata industrinya di 25x, 362% lebih murah dari PERnya saat itu!

  2. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 1.89x. Waktu itu PBV saham DIVA ada di 1.90x. Tidak menarik.

Tapi, PBV rata-rata industrinya saat itu di kisaran 10.4x. Berarti harga PBV DIVA saat itu 447% lebih murah dari rata-rata industrinya! Menarik juga.

Invest di saham DIVA?

Menurut saya, performa bisnis DIVA biasa saja. Tapi dari sisi valuasi PER dan PBV ada “potensi” di saham ini.

Sekarang saya coba menggali lebih dalam lagi untuk melihat apakah ada “harta karun tersembunyi” di saham DIVA ini:

  1. Total Asset mereka senilai IDR 1.8 Triliun, kapitalisasi pasar DIVA ada di 2.9 Triliun. Atau 62% dari harga seluruh perusahaannya.
  2. Revenue DIVA di tahun 2020 ada di IDR 3.68 Triliun, itu berarti 24% lebih tinggi dari harga seluruh perusahaannya! Tidak masuk akal, kan?
  3. Current Ratio (rasio perbandingan aset lancar dengan liabilitas lancar) DIVA rata-rata di 4.3x! Jadi DIVA sebenarnya cukup likuid, kok, meski DER-nya tinggi.

Ada beberapa “harta karun tersembunyi” yang menarik di saham DIVA ini dan sayang FCF-nya negatif, jadi tidak bisa kita valuasi menggunakan analisa DCF. Lalu, apa kesimpulannya?

Kesimpulan

Langsung saja, apa saya mau berinvestasi di saham DIVA ini? Jawabannya saya tidak tertarik untuk berinvestasi di saham ini.

Menurut saya bisnisnya biasa saja. Memang banyak hal-hal fantastis (seperti pertumbuhan pendapatan dan laba, ROE yang tinggi, current ratio yang tinggi, dan lain lain, dan revenue yang lebih tinggi dari kapitalisasi pasarnya), tapi DER yang tinggi dan FCF yang negatif membuat saya tidak tertarik di saham DIVA ini.

Hanya saja, buat teman-teman yang tertarik dengan saham DIVA ini dan cukup dengan analisa valuasi PER dan PBV, saham DIVA ini memang menarik. Kalau kita lihat dari Price to Sales Ratio (P/S ratio, rasio kapitalisasi pasar dibandingkan dengan pendapatan perusahaan) saham DIVA ada di 0.62x – kurang dari 1x. Berarti dari PER, PBV dan P/S ratio, saham DIVA ini sedang undervalued. (Saya berani bilang sangat undervalued malahan…).

Tapi tetap saja, saya kurang tertarik. Dari laporan keuangan DIVA untuk kuartal 2 tahun 2021 ini, pendapatan DIVA “dikatrol” oleh pendapatan dari investasi-investasi mereka di saham-saham perusahaan lain, bukan dari aktifitas bisnis DIVA itu sendiri. Saya kurang suka perusahaan yang begini.

Oke, untuk sekarang, mungkin ini dulu yang bisa saya bahas mengenai saham ini. Jangan lupa lakukan riset kalian sendiri, ya, sebelum berinvestasi. Bila ada pertanyaan, silahkan hubungi saya di sini atau tinggalkan komentar di bawah.

Oke, mungkin kali ini sampai situ saja, kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini. Bila ada yang menarik dan kalian klik, saya berterima-kasih sebelumnya.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)