Saham SIDO: Analisa Fundamental 2022 (Update Februari 2022)

Halo, saya ETS, pemilik dari blog Stoxets.com dan di post kali ini saya ingin membuat update untuk analisa fundamental saham SIDO (Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.).

Saya pertama kali membahas SIDO di November 2020 lalu dan waktu itu, di harga saat itu (IDR 830 per lembar), meski PER dan PBV-nya mahal tapi secara analisa DCF (Discounted Cash Flow) harganya masih murah. Karena SIDO perusahaan dengan performa bisnis yang bagus, saat itu, jadi asal masih di bawah nilai wajarnya saya beli saja.

Waktu itu kepemilikan saya di SIDO merupakan 6% dari total portfolio saya, salah satu dari 13 saham yang saya miliki, tapi karena di bulan Mei 2021 saya ingin mengkonsolidasikan portfolio saya menjadi 3 saham saja, saya jual SIDO dalam keadaan rugi di IDR 785 per lembar.

Oke, mungkin itu dulu rekapnya. Sekarang, saya ingin membahasa apakah saham SIDO masih layak untuk dibeli. Tapi sebelum kita lanjut, beberapa hal yang ingin saya ulangi:

1) Saya hanya berbagi informasi yang saya dapatkan berdasarkan riset saya sendiri. Bila kalian belum pernah baca disclaimer blog ini, silahkan klik di sini.

2) Saya menggunakan metode analisa value investing saya sendiri yang saya sebut sebagai SRRI (Screen, Review, Research, and Invest) dan, kali ini, juga menggunakan metode analisa DCF.

3) Lalu, sebelum kita lanjut, saya menulis angka menggunakan sistem US/UK, bukan Belanda/Indonesia. Contoh: 1 juta saya tulis 1,000,000; bukan 1.000.000. Untuk desimal saya tulis 1.5; bukan 1,5. Dan untuk kode mata uang, saya akan menulis kode standar internasional seperti USD / IDR.

Analisa saham SIDO

Saya ulang dari post sebelumnya, SIDO adalah perusahaan jamu dan farmasi raksasa di Indonesia.

Siapa di Indonesia yang tidak tahu “Tolak Angin”? Produk jamu herbal kemasan yang sering kita minum saat masuk angin atau lagi kecapaian. Nah, SIDO adalah perusahaan dibalik produk jamu herbal ini.

SIDO  pertama kali berdiri di tahun 1951. Tetapi produk jamu masuk angin, yang sekarang bernama Tolak Angin, ini sudah diracik dari tahun 1930!

Saat ini merek Tolak Angin ini sendiri menguasai 72% pangsa pasar jamu herbal untuk masuk angin di Indonesia! SIDO mememiliki 122 sub-distributor, 70 ribu pedagang grosir dan ritel, dan juga 2 juta titik penjualan di seluruh Indonesia. Produk-produk SIDO juga sudah “go international”, terutama ke Filipina, Malaysia, Nigeria, dan tahun 2020 ini sudah diekspor ke Arab Saudi. Secara industry, SIDO masuk ke Pharmaceuticals & Health Care Research.

Nah, sekarang mari kita bahas hasil dari tahap Research untuk SIDO di bawah ini.

Research saham SIDO – Valuasi PER dan PBV

Saya menggunakan Laporan Tahunan SIDO dari 2011 – 2020 dan Laporan Keuangan SIDO Kuartal III yang saya setahunkan (karena belum ada yang full setahun).

Berikut update dari performa bisnis mereka selama sekitar 11 tahun ke belakang:

  1. Revenue growth (pertumbuhan pendapatan) rata-rata: 6.17% per tahun.
  2. Net profit growth (pertumbuhan laba/profit) rata-rata: 14.58% per tahun! Bagus!
  3. Net profit margin (marjin laba dibanding pendapatan) rata-rata: 21.28% per tahun! Bagus!
  4. Free cash flow (FCF, sisa uang tunai dari aktifitas operasi dikurangi belanja aset) kumulatif positif dengan rata-rata IDR 343 Miliar per tahun. Total FCF selama 11 tahun terakhir di IDR 3.77 Triliun.
  5. Owner’s earnings ratio (rasio belanja aset dibagi uang tunai dari aktifitas operasi) median: 0.29x! Efisien! (Saya tidak pakai rata-rata karena angka di tahun 2012 dan 2013 minus yang cukup besar jadi merusak angka rata-ratanya).
  6. Efficiency ratio (rasio seberapa efisien biaya setiap pendapatan perusahaan) rata-rata: 0.54x. Bagus!
  7. Return on equity (imbal hasil dari modal) rata-rata: 26.22% per tahun! Bagus!
  8. Debt equity ratio (rasio hutang dibanding modal) rata-rata: 0.27x per tahun! Sehat!
  1. Price earnings ratio (PER, rasio harga saham dibanding laba) rata-rata: 18.42x. Tetapi saat saya melakukan update ini di bulan Februari 2022, PER SIDO ada di 28.97x. 36% lebih mahal dari rata-rata historisnya.

    Lalu PER rata-rata industrinya di 19x, berarti SIDO 34% lebih mahal juga dari PER rata-rata industrinya. Mahal!
  1. Price to book value (PBV, rasio harga saham dibanding nilai modal) rata-rata: 4.23x. Waktu itu PBV SIDO ada di 9.55x. Sekitar 56% lebih mahal dari PBV historisnya!

    Lalu, PBV rata-rata industrinya saat itu di 2.45x, atau 74% lebih mahal dari harga rata-rata PBV industrinya! Tidak menarik!

Invest di saham ini?

Seperti biasa, saya coba cek apa masih banyak “harta karun tersembunyi” di perusahaan ini.

Sama seperti saat saya tulis analisa SIDO di tahun 2020 lalu, kali ini hampir sama saja juga:

  1. Revenue (pendapatan) mereka tidak lebih besar dari kapitalisasi pasar / aset total.
  2. Total Asset mereka tidak lebih besar dari kapitalisasi pasarnya, juga.
  3. Price earnings growth ratio (PEG, harga saham dibanding peningkatan laba dari tahun sebelumnya, kalau < 1, bisa jadi sedang “salah harga”) emiten ini 3.6x kurang lebih. Artinya harga sahamnya 3.6x lebih mahal dari peningkatan labanya. Ini sih mahal.

Tapi dividend yield (imbal hasil dividen dibandingkan harga sahamnya) rata-rata SIDO adalah 6%! Pantas saja dihargai premium oleh pasar. Performa saham bagus, tumbuh terus, mereka produk nomor satu, dan gak pelit bagi-bagi dividen lagi…tidak heran.

Lalu, bagimana dengan analisa DCF-nya? Tahun 2020 harganya masih bisa saya kasih pembenaran meski PER dan PBV sudah mahal dan tidak ada “harta karunnya”, karena secara analisa DCF masih di bawah harga wajarnya. Nah, mari kita lihat.

Research saham SIDO – Valuasi DCF

Ini hasil analisa DCF (Discounted Cash Flow) untuk saham ini:

Gambar valuasi DCF untuk saham SIDO. Di harga saat post ini ditulis, IDR 975 per lembarnya, tidak ada margin of safety karena nilai wajarnya di IDR 621 per lembar (36.3% lebih mahal). Kalau dikurangi hutang, lebih mahal lagi, menjadi IDR 601 per lembar untuk nilai wajarnya. Atau 62% lebih mahal! Tidak menarik!
Gambar 1. Hasil valuasi DCF untuk saham SIDO
  1. Saya menggunakan nilai performa bisnis aktual (yang sudah terjadi) untuk tahun 2016 – 2020 dan nilai ekspektasi performa bisnis untuk tahun 2021 – 2024.
  2. Untuk FCF/Net Profit – Expected, saya pakai 83.37%. Yaitu, angka rata-rata FCF/Net Profit 2009 – 2021 (ekspektasi) yang sebenarnya.
  3. Untuk discount factor (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai FCF yang kita ekspektasikan/prediksikan untuk masa depan kalau nilai itu kita tarik ke hari ini), saya pakai 7.5%. Saya pakai angka Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun dan saya lebihkan 0.5%.
  4. Untuk perpetual growth (angka persentase yang kita pakai untuk kalkulasi berapa nilai pertumbuhan FCF perusahaan selama-lamanya), saya pakai 3.5%. Angka yang lebih rendah dari pertumbuhan pendapatan SIDO selama 11 tahun terakhir (di 6.17%).

Intinya, dengan amat sangat saya permudah (oversimplify) dan konservatif, nilai kumulatif FCF milik SIDO dari akhir 2021 (awal prediksi dimulai) sampai selamanya, kalau kita tarik ke hari ini akan bernilai sebesar IDR 18.6 Triliun. Selamanya itu sampai kapan? Entah. Bisa 10 tahun, 20 tahun, atau bahkan 30 tahun ke depan. Nilai IDR 18.6 Triliun itu, kalau kita bagi dengan jumlah saham SIDO yang beredar saat ini di 30 milyar lembar, akan memberikan kita nilai intrinsic (nilai wajar / “fair value”) per lembarnya di IDR 621.

Saat post ini ditulis di bulan Februari 2022, harga per lembar saham SIDO adalah IDR 975. Berarti, harga sahamnya saat ini tidak ada margin of safety karena lebih mahal 36.31% dari nilai wajarnya!

Belum lagi dengan dikurangi semua hutang-hutangnya, harganya menjadi 62.11% lebih mahal dari nilai wajarnya(!), di fair value IDR 601 / lembar.

Kesimpulan

Nah, kembali ke pertanyaan awal “apakah saham SIDO masih layak untuk dibeli?”

Jawaban saya: tidak di harga sekarang.

Memang SIDO adalah perusahaan yang sangat bagus dengan manajemen yang kompeten. Tapiii…valuasi saham SIDO tidak seperti saat awal saya beli di tahun 2020, yang setidaknya masih murah secara analisa DCF meski PER dan PBV-nya sudah mahal. Jadi, untuk saya pribadi, di harga sekarang, saya lebih baik membeli saham-saham perusahaan-perusahaan lain yang valuasinya jauh lebih menarik.

“Tapi kalau dilihat, berarti kalau kamu gak jual saham SIDO di tahun 2021, sekarang seharusnya sudah naik 17.5%. Padahal waktu dijual rugi hampir 5.7%. Menyesal, gak, sudah jual?”

Tidak. Karena saya jadi punya uang untuk membeli ITMG (Indo Tambangraya Megah Tbk.) lebih banyak dan itu memberikan saya imbal hasil hampir 112% dengan dividen…hehehe.

Baik, mungkin kali ini sampai sini saja yang bisa saya update mengenai saham SIDO. Bila ada pertanyaan, silahkan tulis komentar di bawah atau silahkan hubungi saya di sini. Kalau post ini membantu dalam perjalanan investasi, atau menghibur, kalian, saya hanya ingin memberi tahu kalau iklan yang kalian lihat di blog ini akan membantu saya dalam terus menjalankan blog saya ini. Bila ada yang kalian klik, saya berterima-kasih sebelumnya.

Salam investasi,

ETS

Stoxets.com

Disclaimer/Peringatan:

Kami bukan perencana keuangan, pialang saham, maupun penasihat investasi. Stoxets.com murni berfungsi sebagai blog untuk berbagi pengalaman dan pendapat kami dalam berinvestasi di berbagai jenis aset (terutama pasar saham), tidak menyarankan siapapun untuk membeli/menjual suatu jenis aset maupun saham tertentu, dan tidak akan bertanggung jawab atas siapapun yang mengalami kerugian, maupun keuntungan, uang dalam berinvestasi dimanapun setelah membaca blog ini. Investasi apapun beresiko. Lakukan riset kalian sendiri. Uang kalian, tanggung jawab kalian.

Support This Blog

Kalau kalian ingin mendukung / support blog saya, kalian bisa klik iklan-iklan yang ada di blog saya ini…

atau kalian juga bisa membeli buku-buku rekomendasi saya di bawah ini melalui tautan / link afiliasi yang saya berikan. Semua buku yang saya rekomendasikan akan saya review terlebih dahulu, kalau tidak bagus tidak akan saya rekomendasikan untuk dibeli (meski tetap akan saya review). Program afiliasi ini tidak menjadikan harga buku lebih mahal, saya hanya mendapatkan komisi dari si penjualnya saja:

Buku untuk investor saham pemula

Who Wants to be a Smiling Investor – Lukas Setia Atmaja & Thomdean: Gramedia / Tokopedia

Value Investing: Beat the Market in Five Minutes – Teguh Hidayat: Gramedia / Tokopedia

Cara Mudah Memahami Laporan Keuangan – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Learn to Earn – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Buku untuk investor saham yang lebih berpengalaman

Warren Buffett and the Interpretation of Financial Statements – Mary Buffett & David Clark: Tokopedia

One Up on Wall Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Beating the Street – Peter Lynch & John Rothchild: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. I – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Cara Simpel Berinvestasi di Pasar Modal vol. II – Joeliardi Sunendar: Tokopedia

Buku untuk investor saham tingkat jendral bintang lima & pendekar silat sabuk merah

The Intelligent Investor – Benjamin Graham: Gramedia / Tokopedia

Dan masih banyak lagi!

Tolong bagikan artikel ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error

Enjoying this blog? Tolong bagikan, ya! :)